Pandemi Corona sampai saat ini masih terus melanda dunia dan menginfeksi jutaan orang. Para peneliti pun terus melakukan penelitian untuk mengetahui obat, vaksin, hingga karakteristik orang-orang yang rentan terhadap serangan virus tersebut.
Bahkan pada beberapa penelitian menyebut adanya keterkaitan antara tipe golongan darah dengan COVID-19. Hasilnya, orang dengan golongan darah O lebih kebal terhadap serangan virus Corona dibandingkan golongan darah lainnya.
Berikut sederet penelitian yang menunjukkan golongan darah O lebih kebal terhadap COVID-19.
1. Penelitian di Universitas Kiel di Jerman
Para peneliti dari Universitas Kiel di Jerman mengatakan telah menemukan dua variasi genetik yang menunjukkan kemungkinan siapa yang lebih cenderung terinfeksi parah akibat virus Corona, yang berhubungan dengan golongan darah tertentu.
Studi yang dimuat di New England Journal of Medicine menyebut bahwa orang dengan golongan darah A berisiko lebih tinggi terinfeksi virus Corona dan memiliki gejala yang lebih parah. Sementara orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah terpapar COVID-19.
"Data genetik kami mengkonfirmasi bahwa golongan darah O memiliki risiko tertular COVID-19 lebih rendah daripada kelompok darah non-O, sedangkan golongan darah A dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi daripada golongan darah non-A," peneliti menulis dalam laporan mereka, dikutip dari CNN International.
2. Penelitian perusahaan bioteknologi 23andMe
Perusahaan bioteknologi 23andMe, California, meneliti jutaan profil DNA dari basis datanya untuk menjelaskan adanya perah genetika dalam penularan virus Corona. Hasil penelitian awal dari 750.000 peserta menunjukkan bahwa golongan darah tipe O ternyata bisa melindungi diri dari virus Corona.
Penelitian ini menemukan bahwa orang dengan tipe darah O, 9-18 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi virus COVID-19. Tetapi, penelitian ini melihat adanya sedikit perbedaan dalam kerentanan di antara golongan darah lain.
"Ini masih masih awal, bahkan dengan ukuran sampel ini mungkin tidak cukup untuk menemukan asosiasi genetik. Kami pun bukan satu-satunya pihak yang meneliti hal ini. Pada akhirnya, para pakar ilmiah yang mungkin perlu mengumpulkan sumber dayanya untuk menjawab kaitan genetik dengan COVID-19," jelas peneliti utama Adam Auton yang dikutip dari South China Morning Post.