Wawali Kota Probolinggo Meninggal Kena COVID-19, Ini Gejala Picu Kondisi Fatal

Wawali Kota Probolinggo Meninggal Kena COVID-19, Ini Gejala Picu Kondisi Fatal

Ayunda Septiani - detikHealth
Rabu, 09 Des 2020 13:30 WIB
Wawali Kota Probolinggo Meninggal Kena COVID-19, Ini Gejala Picu Kondisi Fatal
Wawali kota Probolinggo meninggal karena COVID-19. (Foto: Tangkapan Layar)
Jakarta -

Wakil Walikota (Wawali) Kota Probolinggo, HM HM Soufis Subri meninggal dunia. Politisi Partai Demokrat itu meninggal di RSU dr Soetomo Surabaya, positif COVID-19.

"Iya benar, beliau meninggal sekitar pukul 05.50 WIB. Beliau datang Minggu (22/11/2020) dan meninggal tadi pagi," kata Direktur Penunjang Medik RSU dr Soetomo Prof Dr dr Hendrian SpMK kepada detikcom saat dihubungi, Rabu (9/12/2020).

Saat positif COVID-19, ada beberapa faktor yang bisa memperparah gejala bahkan memicu kondisi fatal. Di antaranya, faktor usia lanjut, penyakit penyerta dan respons kekebalan tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, adapun kondisi fatal yang disebabkan happy hypoxia. Kondisi ini terjadi saat pasien COVID-19 memiliki saturasi oksigen yang rendah, namun tidak mengalami gejala sesak napas.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menyebut, ada beberapa tanda atau gejala COVID-19 yang perlu diwaspadai karena memicu kondisi fatal hingga kematian.

ADVERTISEMENT

Berikut tanda atau gejalanya:

  • Kesulitan bernapas
  • Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada
  • Kebingungan
  • Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga
  • Bibir, wajah, atau kuku kebiruan (kondisi ini bisa menunjukkan happy hypoxia).

Meski demikian, sejauh ini lebih banyak pasien COVID-19 yang meninggal karena memiliki penyakit penyerta. Hal ini karena, sistem imun pada pasien COVID-19 yang memiliki penyakit penyerta cenderung akan lebih lemah, sehingga tidak mampu melawan infeksi virus Corona COVID-19.

"Jika sistem kekebalan tubuh tidak kuat, kemungkinan besar virus itu dapat berkembang biak di dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan parut. Sistem kekebalan akan melawannya dan menghancurkan jaringan paru yang sehat dalam prosesnya," kata Dr Sarah Jarvis GP, Direktur Klinis Patient Access, dikutip dari laman The Sun.






(naf/naf)

Berita Terkait