Disetop Gegara Relawan Alami Sindrom Langka, Ini Update Uji Vaksin Corona China

Disetop Gegara Relawan Alami Sindrom Langka, Ini Update Uji Vaksin Corona China

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 17 Des 2020 10:20 WIB
Disetop Gegara Relawan Alami Sindrom Langka, Ini Update Uji Vaksin Corona China
Vaksin Corona China disetop sementara gegara relawan alami sindrom langka. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/kiattisakch)
Jakarta -

Uji klinis fase ketiga vaksin Corona China Sinopharm diberhentikan sementara usai relawan mengalami 'kejadian serius'. Relawan tersebut mengalami masalah pada saraf hingga kesulitan menggerakkan tangan.

"Beberapa hari lalu kami memberikan sinyal, sebagaimana tugas kami seharusnya, kepada pejabat yang berwenang bahwa salah satu peserta uji klinis menampilkan gejala neurologis, yang bisa terkait Guillain-Barre Syndrome (GBS)," kata kepala peneliti, German Malaga, dikutip dari Channel News Asia.

Bagaimana nasib kelanjutan uji coba vaksin Corona China Sinopharm?

Menteri Kesehatan Peru mengatakan uji klinis vaksin Corona China Sinopharm sudah bisa dilanjutkan. Setidaknya ada 12 ribu relawan yang menyelesaikan uji coba tahap pertama beberapa hari ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, pemberian dosis vaksin kedua rencananya akan dilaksanakan beberapa minggu mendatang. Pemerintah Peru mengaku telah berdiskusi lebih lanjut dengan Sinopharm terkait hal ini.

"Kami telah melakukan beberapa pertemuan dengan Sinopharm dan penangguhan telah dicabut hari ini (Rabu)," kata Menteri Kesehatan Pilar Mazzetti.

ADVERTISEMENT

Pejabat kesehatan di Peru telah melaporkan lebih dari 900 ribu kasus Corona hingga Selasa, dan nyaris 40 ribu kematian. Seorang relawan beberapa waktu lalu mengidap sindrom Guillain-Barre merupakan penyakit langka tidak menular yang mempengaruhi pergerakan tangan dan kaki.

Namun, pada Juni tahun lalu, Peru sempat menerapkan kondisi kesehatan darurat sementara terkait penemuan beberapa kasus terkait sindrom tersebut.

Corona di dunia terus mencatat peningkatan kasus. Beberapa negara bahkan kembali mengalami lonjakan kasus menjelang natal dan tahun baru. Salah satunya Jerman yang kembali menerapkan lockdown usai menghadapi lonjakan COVID-19.




(naf/kna)

Berita Terkait