Upaya pelacakan atau tracing kasus COVID-19 kerap jadi sorotan dalam penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Sebagian pakar meyakini bahwa upaya pelacakan kasus ini masih lemah atau tidak merata, terlihat dari jumlah orang yang dites setiap hari.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan pemerintah terus berusaha meningkatkan pengetesan (testing), pelacakan (tracing), dan pengobatan (treatment) atau yang sering disebut 3T.
Sebagai contoh dengan penerapan Posko Tangguh COVID-19, personel yang biasa melacak kasus di daerah-daerah bisa ditingkatkan dari yang tadinya 5-8 orang menjadi 15-20 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu metode tes di puskesmas juga akan diubah dari yang tadinya tes PCR menjadi rapid test antigen. Harapannya waktu untuk menemukan potensi kasus positif jadi dapat dipersingkat.
"Kita akan mendistribusikan rapid test antigen. Di mana rapid test antigen ini tentunya bisa langsung digunakan teman-teman puskesmas untuk menegakkan diagnosis COVID-19," kata Nadia dalam konferensi pers daring yang diadakan Kemenkes, Jumat (5/2/2021).
"Jadi kalau dulu kan masih harus mengambil swab, kemudian dikirim ke laboratorium PCR. Sekarang bisa langsung dengan pemeriksaan antigen ini," lanjutnya.
Unsur posko nantinya terdiri dari TNI-Polri, pemerintah dan unsur lain yang digerakkan oleh pemerintah daerah seperti BPBD, dinas kesehatan, dinas sosial, dinas perekonomian, puskesmas, PKK, serta komunitas lainnya di bawah komando Satgas COVID-19 daerah.
(fds/up)











































