Terlepas dari kontroversi seputar risetnya, alat tes Corona GeNose C19 memang menawarkan kelebihan yang tidak terbantahkan. Dibanding swab nasofaring pada tes antigen maupun PCR (polymerase chain reaction), pengambilan sampel pada alat ini jauh lebih nyaman.
Saya berkesempatan mencobanya di sebuah acara launching GeNose C19 di Jakarta Selatan. Oleh petugas, saya diberi semacam kantung udara. Saya hanya perlu menarik napas lewat hidung, membuangnya lewat mulut sebanyak 2 kali ke kantong yang sudah dibuka katupnya.
Setelah kantung terisi hembusan napas hingga kembung, pengguna langsung menutup kembali katup kantungnya, kemudian kantung diserahkan ke petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengambilan sampel selesai. Tinggal menunggu petugas memasangnya ke alat, lalu hasil pemeriksaan seharusnya akan keluar saat itu juga. Khusus pada pemeriksaan yang saya lakukan, sampai hari ini hasilnya belum dikirim.
Jauh lebih praktis sih sebenarnya. Bandingkan dengan pengambilan sampel darah pada rapid test, atau swab nasofaring pada tes antigen dan PCR.
Jauh lebih praktis memang, dibandingkan dengan swab nasofaring. Lebih valid atau tidaknya, soal lain. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth |
Mendengar banyak cerita tentang teknologi artificial inteligence (AI) yang diusung alat ini, saya pun penasaran dengan hasil pembacaannya. Hasil pemeriksaan saya sendiri sampai sekarang belum dikirimkan, tetapi petugas sempat menunjukkan cara membaca hasilnya.
Di layar monitor, alat akan menunjukkan beberapa kurva. Di bawahnya, ada keterangan yang menyatakan hasil berupa prediksi POSITIVE atau NEGATIVE dengan disertai angka dalam dua desimal. Angka ini menunjukkan seberapa kuat prediksi yang didapatkan.
"Akan dilihat dari alat itu dari angka predicted-nya. Kalau predicted kuat, itu di atas 0,6 atau 60 persen. Kalau di bawah itu, kita asumsikan positif lemah," GM Divisi Kesehatan di Dompet Dhuafa dr Yeni Purnamasari, MKM menjelaskan kepada saya, Selasa (9/3/2021).
Kantong berisi sampel udara sedang dianalisis dengan alat GeNose C19. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth |
Menurut dr Yeni, pengguna yang mendapat hasil POSITIVE kuat akan diwawancara untuk melihat ada atau tidaknya riwayat perjalanan ke kota berstatus zona merah, kontak dengan pasien COVID-19, atau gejala demam, batuk, dan pilek.
Jika hasil wawancara menunjukkan adanya risiko penularan, maka akan disarankan untuk tes PCR pada 2-3 hari berikutnya. Tidak saat itu juga karena dikhawatirkan partikel virusnya belum terdeteksi oleh tes PCR.
Sedangkan jika hasil prediksinya positif lemah atau di bawah 0,60 maka akan dilakukan tes ulang dengan GeNose setelah 30-60 menit. Sembari menunggu, pengguna disarankan untuk tidak merokok atau makan-minum selain air putih.
Seperti diketahui, GeNose C19 sangat sensitif terhadap senyawa volatil organik. Pastikan tidak makan jengkol sebelum tes kalau ingin hasilnya lebih akurat!
(vyp/up)












































Jauh lebih praktis memang, dibandingkan dengan swab nasofaring. Lebih valid atau tidaknya, soal lain. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth
Kantong berisi sampel udara sedang dianalisis dengan alat GeNose C19. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth