Baru-baru ini Sinovac Biotech merilis data yang menunjukkan vaksin Corona buatannya aman untuk digunakan pada anak berusia 3 tahun. Data ini didadapatkan setelah perusahaan tersebut melakukan uji klinis tahap 1 dan 2 pada anak-anak berusia 3-17 tahun.
Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia menyiratkan untuk tidak mau terburu-buru. Terlebih uji klinis yang dilakukan baru mencapai tahap kedua.
"Memang Sinovac mempunyai penelitian di fase 2, baru fase 2, pada anak-anak. Tetapi penelitian tersebut belum selesai, belum kelihatan hasilnya," kata Rizka dalam dialog virtual Forum Merdeka Barat 9 di YouTube, Kamis (25/3/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah BPOM juga tertarik untuk melakukan pengujian vaksin Sinovac pada anak-anak?
"Tentunya Badan POM harus mendapatkan data yang lengkap dari hasil uji klinis tersebut, atau mungkin kita akan melakukan uji klinis sendiri pada populasi anak-anak, kita bisa merencanakan untuk kegiatan tersebut," jelas Rizka.
Rizka menjelaskan bahwa uji klinis pada anak-anak itu hanya boleh dilakukan ketika hasil dari uji klinis pada kelompok dewasa telah menunjukkan keamanan dan efektivitas vaksin yang baik.
Menurut Rizka, anak-anak merupakan subjek yang rentan dan sistem imunitasnya masih berkembang atau belum stabil, sehingga uji klinisnya tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
"Kita tidak boleh melakukan uji klinis kepada anak-anak sebelum kita yakin bahwa dia aman dan bermanfaat untuk dewasa," ujarnya.
"Jadi uji klinis vaksin Sinovac untuk anak-anak belum ada hasilnya. Jadi masih ongoing itu pun baru fase 2 di China," tuturnya.
(ryh/up)











































