Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut kemungkinan ketersediaan vaksin COVID-19 akan terganggu selama beberapa bulan ke depan. Ini terjadi karena sebagian negara yang jadi penghasil vaksin menerapkan embargo atau larangan ekspor.
"Ada catatan yang kami sampaikan juga ke Presiden, karena terjadi lonjakan kasus di beberapa negara termasuk di India sehingga mulai terjadi embargo vaksin dan bisa mengganggu ketersediaan vaksin dalam beberapa bulan ke depan. Terutama yang berasal dari negara-negara yang melakukan embargo, sehingga kita perlu berhati-hati mengatur laju penyuntikan vaksin agar tidak terjadi kekosongan vaksin nantinya," kata Menkes Budi usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jumat (26/3/2021).
Uni Eropa sebagai contoh diketahui sedang berseteru dengan produsen vaksin AstraZeneca. Pemicunya disebut-sebut karena Eropa kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 akibat varian baru dan AstraZeneca gagal memenuhi kuota suplai vaksin yang dijanjikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perusahaan... harus menghormati kontrak yang dilakukan dengan negara-negara anggota," kata Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, seperti dikutip dari BBC.
"Kontrak dengan negara-negara Eropa harus dipenuhi dulu sebelum bisa kembali mengekspor vaksin... Kami ingin bisa memberikan penjelasan pada warga Eropa bahwa mereka akan mendapat bagiannya," lanjut Ursula.
Sementara itu India yang diketahui juga jadi produsen vaksin AstraZeneca untuk dunia membatasi ekspor karena menghadapi peningkatan kasus COVID-19 yang tajam, bisa sampai sekitar 50 ribu kasus per hari. Pemerintah setempat berusaha mempercepat proses vaksinasi dengan memanfaatkan dosis yang ada.
"Serum Institute of India telah diarahkan agar memprioritaskan kebutuhan India. Ini akan disesuaikan juga dengan kebutuhan dunia," ungkap kepala eksekutif Serum Institute of India, Adar Poonawalla, yang turut memproduksi vaksin AstraZeneca.
(fds/up)











































