Setahun lebih tak terungkap, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya merilis hasil investigasi asal usul Corona. Tim investigasi WHO sebelumnya menjalankan misi untuk menguak sumber Corona ke China, Wuhan, sejak 16 hingga 24 Februari 2021.
Dari jenis hewan hingga rute penularan Corona pertama kali terungkap. Namun, ada beberapa hal yang juga belum terjawab atau berhasil diidentifikasi WHO.
Berikut rangkumannya dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (30/3/2021).
COVID-19 berasal dari kelelawar
Dari analisis filogenetik yang dilakukan dengan whole genome sequencing, kelelawar terbukti menjadi asal usul Corona, ia merupakan reservoir virus SARS-CoV-2 atau COVID-19. Namun, host perantara yang lantas menularkan virus dari kelelawar ke manusia belum bisa diidentifikasi WHO.
Rute penularan COVID-19 di awal merebak
Seperti diketahui, rute penularan COVID-19 paling umum terjadi melalui percikan droplet dari orang yang terinfeksi Corona. Saat pertama kali Corona merebak di Wuhan, tidak ada bukti COVID-19 bisa menular lewat udara atau airborne transmission.
Sementara jejak COVID-19 pada feses memang ditemukan di beberapa pasien Corona China, tetapi hingga saat ini tidak ada bukti hal tersebut juga bisa menjadi media penyebaran Corona.
Penularan di Wuhan
Sejumlah kasus Corona awal yang diidentifikasi di Wuhan diyakini terinfeksi dari hewan, banyak sumber yang melaporkan ke WHO para pasien terpapar Corona mengunjungi atau bekerja di pasar basah Wuhan.
Sementara hewan yang menginfeksi pasien dan diduga menjadi perantara dari kelelawar belum diketahui. Angka reproduksi COVID-19 ditemukan relatif tinggi yaitu 2 hingga 2,5 sementara pengetatan mobilitas di awal wabah Corona merebak di Wuhan belum dilakukan saat itu.
Wabah dipicu klaster keluarga
Di China, penularan Corona antarmanusia sebagian besar terjadi di lingkungan keluarga. Tim pakar investigasi WHO menyebut di antara 344 klaster dengan total 1.308 kasus (dari total 1.836 kasus yang dilaporkan) di Guangdong China dan Provinsi Sichuan, 85 persen di antaranya berasal dari keluarga.
Sampel post mortem pasien COVID-19 China
Sampel post mortem pasien Corona pria berusia 50 tahun mengambil organ paru-paru, hingga jantung. Pemeriksaan histologis menunjukkan kerusakan alveolar difus bilateral dengan eksudat fibromyxoid seluler. Paru-paru menunjukkan pasien mengalami gangguan pernapasan akut sindrom (ARDS).
Gejala COVID-19
Gejala COVID-19 yang ditemukan di awal wabah Wuhan juga tak spesifik, ada yang tak bergejala hingga mengalami pneumonia berat dan meninggal dunia. WHO mencatat beberapa gejala COVID-19 di China dalam dokumen asal usul Corona hasil investigasi Februari lalu.
Berdasarkan 55.924 kasus yang dikonfirmasi di laboratorium China, tanda dan gejala khas meliputi:
- Demam (87,9 persen)
- Batuk kering (67,7 persen)
- Kelelahan (38,1 persen)
- Berdahak (33,4 persen)
- Sesak napas (18,6 persen)
- Sakit tenggorokan (13,9 persen)
- Sakit kepala (13,6 persen)
- Mialgia atau artralgia (14,8 persen)
- Menggigil (11,4 persen)
- Mual atau muntah (5,0 persen)
- Hidung tersumbat (4,8 persen)
- Diare (3,7 persen)
- Hemoptisis (0,9 persen)
- Konjungtiva (0,8 persen).
"Pengidap COVID-19 umumnya mengalami gejala ringan rata-rata 5-6 hari setelah infeksi (rata-rata masa inkubasi 5-6 hari, kisaran 1-14 hari)," jelas WHO.
Baca juga: Oh.. Ternyata Dari Sini Asal Usul COVID-19 |
Simak Video "99% Warga RI Kebal Covid-19, Kemenkes: Kuncinya Kelengkapan Vaksin"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)