Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington mengestimasi angka kematian Corona di Indonesia 2,5 kali lipat dari laporan resmi. Per Sabtu, (22/5/2021), tercatat 123.225 kasus akumulatif kematian COVID-19, perbandingan yang cukup jauh saat pemerintah mencatat total 49.205 kasus kematian di waktu yang sama.
Perhitungan mereka juga menunjukkan kasus kematian Corona harian di Indonesia melampaui 200 kasus setiap harinya. Dalam proyeksi IHME, per 22 Mei 2021, ada 319 orang wafat akibat COVID-19 di Indonesia.
Penambahan angka kematian yang tampak pada grafik IHME cenderung fluktuatif dan meningkat tajam di 31 Agustus mendatang. Dengan perhitungan masuknya mutasi baru Corona hingga kedisiplinan memakai masker, situasi terburuk kematian Corona di Indonesia, diproyeksikan mencapai 8.538 kasus kematian per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendekatan kami untuk memperkirakan total tingkat kematian COVID-19 didasarkan pada pengukuran tingkat kematian berlebih selama pandemi, minggu demi minggu, dibandingkan dengan yang diharapkan berdasarkan tren dan musim sebelumnya," jelas para peneliti IHME.
Dalam proyeksi tersebut, Indonesia menjadi negara ke-17 penyumbang kematian Corona tertinggi di dunia. Hal serupa sempat diutarakan pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, ia bahkan memperkirakan kasus infeksi Corona di Indonesia bisa 10 kali lipat dari angka resmi.
"Karena kalau tes kita ditingkatkan ratusan ribu ketemu, juga nggak usah heran sebetulnya karena memang sudah ada, hanya kita karena memang minim 3 T kita ini membuat sangat berbahaya," jelas Dicky kepada detikcom Selasa (11/5/2021).
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan angka kematian Corona di dunia dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi dari yang terlaporkan.
Disebutkan, setidaknya ada 6-8 juta orang yang mungkin telah meninggal karena pandemi Corona hingga saat ini.
"Jumlah ini benar-benar akan menjadi 2-3 kali lebih tinggi. Jadi menurut saya, ada sekitar 6-8 juta orang yang diperkirakan meninggal," kata Asisten Direktur Jenderal WHO Samira Asma, dalam data dan analitiknya, Jumat (21/5/2021), dikutip dari Reuters.
(naf/up)











































