Faskes Malaysia Mulai Kewalahan Imbas Lonjakan COVID-19, Warga 'Ngamuk'

Faskes Malaysia Mulai Kewalahan Imbas Lonjakan COVID-19, Warga 'Ngamuk'

Achmad Reyhan Dwianto - detikHealth
Rabu, 26 Mei 2021 16:00 WIB
Faskes Malaysia Mulai Kewalahan Imbas Lonjakan COVID-19, Warga Ngamuk
COVID-19 di Malaysia. (Foto: Getty Images/Rahman Roslan)
Jakarta -

COVID-19 di Malaysia semakin parah, negara ini kembali mencatatkan rekor penambahan kasus Corona sebanyak 7.289 kasus pada Selasa (25/5/2021) kemarin. Lonjakan ini pun memicu kemarahan warga Malaysia.

Banyak rumah sakit di Malaysia yang sudah mulai kewalahan dalam menangani pasien. Tingkat keterisian tempat tidur dan ICU untuk pasien Corona pun disebut telah mencapai 70 persen.

Terlebih dengan beredarnya sebuah video yang menunjukkan pasien Corona di Malaysia meninggal di sebuah lokasi karantina setelah lima tenaga medis mencoba menyelamatkan nyawa pasien tersebut. Ini membuktikan betapa kewalahannya fasilitas kesehatan di negara itu dalam menghadapi COVID-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Malaysia pun menyampaikan duka dan amarahnya lewat media sosial dengan menggunakan tagar #KekaisaranGagal. Diketahui, tagar ini telah digunakan selama beberapa minggu terakhir untuk mewakili kekecewaan warganya terhadap pemerintah dalam menangani COVID-19.

"Kapal kami tenggelam. Kapten sudah tak bisa dihubungi," ucap salah satu pengguna Twitter dengan menggunakan tagar tersebut, dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

Malaysia telah menetapkan keadaan darurat semenjak bulan Januari. Meski begitu, pemerintahan di bawah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin tampak masih kesulitan dalam mengendalikan COVID-19.

Pihak Kementerian Kesehatan Malaysia dan Muhyiddin pun belum memberikan tanggapan terkait hal ini.

Diketahui, pasien Corona yang meninggal dalam video tersebut bernama Abdul Malik Daim (43). Ia meninggal dunia pada Sabtu (22/5/2021) kemarin, setelah tiga hari dinyatakan positif COVID-19.

Menurut keterangan saudaranya, Abdul Rahim Daim, Abdul Malik termasuk pasien yang berisiko rendah, karena hanya mengalami gejala batu-batuk. Namun, ia memiliki tekanan darah tinggi dan juga obesitas.

"Mungkin mereka harus melakukan pemeriksaan lagi atau meminta pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan sesegera mungkin," kata Abdul Rahim.

Menanggapi kemarahan publik, Muhyiddin mengaku siap untuk dikritik. Namun, ia meminta kepada warganya untuk saling bekerja sama dalam melawan COVID-19.

"Mereka boleh memanggil saya 'perdana menteri bodoh', tidak apa-apa," ucap Muhyiddin.

"Saya tahu betapa sulitnya menangani (pandemi COVID-19), tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama," ujarnya.

Sejumlah kritikan telah dilayangkan kepada pemerintah Malaysia karena dinilai kurang tegas dalam mengambil keputusan terkait penanganan COVID-19. Program vaksinasi yang sudah berjalan semenjak Februari pun dituduh memberikan dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan kepada beberapa penerima vaksin.




(ryh/kna)

Berita Terkait