Malaysia Tak Buru-buru Setujui Ivermectin untuk 'Obat' COVID-19, Ini Alasannya

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 15 Jul 2021 13:32 WIB
Foto: iStock
Jakarta -

Desakan pemakaian Ivermectin, obat antiparasit sebagai terapi pasien COVID-19 terjadi di Malaysia. Namun, hingga kini Malaysia tidak terburu-buru memasukkan Ivermectin dalam 'obat' terapi COVID-19 karena uji klinis belum rampung.

Kementerian Kesehatan Malaysia pada 5 Juni, mengumumkan uji Ivermectin sudah dimulai dan dilakukan di 12 rumah sakit kementerian setempat. Riset tersebut juga sudah mendapat lampu hijau komite penelitian dan etika medis kementerian terkait pada 25 Mei, pasien pertama menerima Ivermectin di akhir Mei.

Uji Ivermectin atau hasil riset diharapkan selesai pada bulan September mendatang. Sementara, desakan penggunaan Ivermectin untuk segera disetujui sebagai 'obat' COVID-19 terus meningkat.

Misalnya, di awal Juni, seorang warga sampai melapor polisi, menuduh direktur jenderal kementerian kesehatan Noor Hisham Abdullah melakukan kejahatan lantaran menolak memakai Ivermectin sebagai pengobatan untuk pasien COVID-19.

Hal serupa dilakukan koalisi kelompok medis dan para konsumen yang menyebut dirinya tergabung dalam aliansi Malaysia pengendalian COVID-19 (MAECC). Mereka mengeluarkan pernyataan, mendesak pemerintah agar memasukkan Ivermectin dalam daftar obat yang digunakan untuk pasien Corona.

Obat apa sebenarnya Ivermectin?

Dr Vellayan Subramaniam, seorang dokter hewan dan mantan wakil direktur kebun binatang nasional Malaysia, menjelaskan Ivermectin pertama kali ditemukan pada 1970-an. Ivermectin menjadi lebih sering dipakai di awal 1980-an.

"Ini pertama kali digunakan untuk pakan ternak, dan kemudian diperluas ke kuda, kemudian hewan pendamping," jelas dia.

"Kemudian kami memperluas Ivermectin ke hewan dan hewan peliharaan eksotis, kecuali kura-kura, dan kura-kura yang obatnya beracun. Beberapa ras anjing juga rentan terhadap keracunan Ivermectin," katanya.

Dokter hewan tersebut menjelaskan, bahwa obat-obatan memang bisa digunakan ke lintas spesies dari hewan ke manusia dan sebaliknya.

"Inilah yang Anda sebut penggunaan off-label. Kami sudah menggunakan Ivermectin untuk mengobati infeksi parasit pada manusia seperti filariasis limfatik, yang disebabkan oleh infeksi cacing," kata dia.

"Kami juga menggunakannya untuk mengobati ektoparasit, yaitu parasit yang hidup di permukaan tubuh Anda dengan mengoleskan ivermectin sebagai larutan topikal."

Maka dari itu, menurutnya, bukan tidak mungkin peneliti laboratorium menemukan Ivermectin sebagai pengobatan potensial untuk pandemi saat ini.

Bagaimana sikap Malaysia saat ini?

Kementerian Kesehatan Malaysia menegaskan masih mempelajari penggunaan Ivermectin untuk terapi COVID-19. Termasuk efek samping Ivermectin untuk pasien COVID-19 yang menderita infeksi paru-paru hingga kategori kritis dengan komplikasi banyak organ.

"Hingga saat ini, hasil studi klinis belum cukup untuk membuktikan bahwa Ivermectin dapat mengobati atau mencegah COVID-19, hanya vaksin yang terbukti dapat mencegah COVID-19," kata kementerian setempat, dalam wawancara bersama Bernama, 11 Juli.

Kemenkes Malaysia juga mencantumkan beberapa efek samping dari penggunaan obat, termasuk ruam kulit yang mungkin memerlukan rawat inap, mual, muntah, gangguan perut dan diare, pembengkakan, tekanan darah rendah mendadak dan kerusakan hati, serta kejang dan disorientasi.

Sementara Maret tahun ini, WHO menyatakan bukti penggunaan Ivermectin untuk pasien COVID-19 tidak meyakinkan. Selama menunggu rekomendasi lebih lanjut, Ivermectin hanya disarankan dalam uji klinis.

"Mereka menentukan bahwa bukti apakah Ivermectin mengurangi kematian, kebutuhan ventilasi mekanis, kebutuhan masuk rumah sakit dan waktu untuk perbaikan klinis pada pasien COVID-19 adalah 'kepastian yang sangat rendah'," kata WHO, menjelaskan hal ini karena ukuran sampel kecil dan keterbatasan metodologi data percobaan yang tersedia.



Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"

(naf/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork