Viral narasi vaksin Nusantara diakui dunia. Vaksin Corona besutan eks Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto ini disebut telah diakui dunia karena sudah dimuat dalam jurnal internasional PubMed.
Dalam webinar yang diselenggarakan RSPAD Gatot Soebroto, Terawan menyebut seluruh dunia tengah membicarakan vaksin Nusantara sebagai 'the beginning of the end' dari penyakit COVID-19, pandemi yang saat ini melanda dunia. Klaimnya ini menyebut sel dendritik yang menjadi bahan baku pembuat vaksin Nusantara telah banyak dibicarakan sebagai salah satu upaya menyelesaikan pandemi COVID-19.
"Terus kerjakan untuk secepatnya kita masuk ke uji klinis 3 sehingga kita bisa segera memaparkannya ke dunia," kata Terawan dikutip dari Youtube RSPAD Gatot Soebroto, Jumat (23/7/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terawan yakin vaksin Nusantara diakui dunia terlebih setelah adanya publikasi internasional mengenai vaksin berbasis sel dentrintik untuk COVID-19. Untuk itu ia berharap vaksin Nusantara bisa lanjut untuk uji klinis fase 3.
Baca juga: Vaksin Nusantara Diakui Dunia? Ini Faktanya |
"Kita percaya bisa ikut serta mengatasi pandemi dunia ini dengan baik," sambungnya.
Benarkah vaksin Nusantara telah diakui dunia?
Peneliti vaksin dan doktor di bidang Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Adelaide Australia, dr Ines Atmosukarto, mengatakan klaim vaksin Nusantara diakui dunia tidak berdasar. Ines menilai jurnal vaksin Nusantara yang dimuat dalam jurnal internasional Pubmed bukan laporan soal hasil penelitian vaksin.
Adapun jurnal yang disebut eks Menkes Terawan berupa bukti vaksin Nusantara diakui dunia hanya berisikan hipotesis soal kemungkinan efektivitas melawan Virus Corona.
"Jadi sifatnya spekulatif tidak didukung pembuktian," kata dr Ines, dikutip dari turnbackhoax.
Belum ada sumber informasi yang valid menyatakan vaksin Nusantara diakui dunia. Adapun vaksin Corona yang 'diakui dunia' atau telah mendapat persetujuan penggunaan dari Organisasi Kesehatan Dunia antara lain vaksin Pfizer, Moderna, Sinovac, Sinopharm, dan AstraZeneca.











































