7 Fakta Pencarian Asal-usul Virus Corona yang Selalu Bikin Penasaran

7 Fakta Pencarian Asal-usul Virus Corona yang Selalu Bikin Penasaran

Rita Puspita Rachmawati - detikHealth
Selasa, 27 Jul 2021 06:31 WIB
7 Fakta Pencarian Asal-usul Virus Corona yang Selalu Bikin Penasaran
Foto: Getty Images/iStockphoto/oonal
Jakarta -

Asal usul virus Corona penyebab COVID-19 masih menjadi misteri. Meskipun sejumlah besar penelitian tentang virus corona baru atau SARS-CoV-2 telah dilakukan, belum ada yang bisa memastikan asal-usulnya.

Di awal kemunculannya, virus ini dianggap bersumber di sebuah pasar di China. Beragam spekulasi pun muncul mengenai asal usul virus Corona seperti klaim virus itu secara tidak sengaja bocor dari laboratorium.

Dikutip dari Live Science, (26/7/2021) berikut adalah 7 fakta mengenai asal usul virus Corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pertama kali ditemukan di Wuhan, China

Pada akhir Desember 2019, pejabat kesehatan mengeluarkan peringatan pertama tentang klaster kasus pneumonia di Wuhan, China. Kasus-kasus itu akan menjadi kasus COVID-19 pertama yang dilaporkan di dunia.

Pada awal Januari 2020, para peneliti telah mengidentifikasi virus corona Baru di balik kasus-kasus tersebut. Nantinya, virus itu akan resmi diberi nama SARS-CoV-2.

ADVERTISEMENT

2. Disebut bersumber dari kelelawar

Menurut FactCheck, kerabat terdekat dengan SARS-CoV-2 diketahui adalah virus corona yang pertama kali diidentifikasi pada kelelawar tapal kuda di provinsi Yunnan, Cina, pada 2013.

Virus ini dikenal sebagai RaTG13, berbagi 96% genomnya dengan SARS-CoV-2. Namun, RaTG13 memiliki urutan genetik tertentu yang berarti tidak mungkin melompat langsung dari kelelawar ke manusia.

Virusnya pun cukup berbeda sehingga para peneliti percaya bahwa SARS-CoV-2 bukan keturunannya. Sebaliknya, diduga bahwa beberapa prekursor SARS-CoV-2 yang tidak diketahui melompat ke inang perantara dan inang ini menularkan virus ke manusia.

Sayangnya, perantara ini belum dapat diidentifikasi. Sejumlah hewan seperti trenggiling, anjing, bahkan ular telah diusulkan sebagai inang perantara yang mungkin, tetapi tidak ada yang terbukti.

Menurut FactCheck, mungkin juga tidak ada inang perantara dan virus melompat langsung dari kelelawar ke manusia. Tetapi untuk mendukung teori ini, para peneliti perlu menemukan virus pada kelelawar yang lebih dekat hubungannya dengan SARS-CoV-2.

Sebagai bagian dari penyelidikan asal-usul SARS-CoV-2 untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para peneliti menguji lebih dari 80.000 sampel dari satwa liar dan hewan ternak termasuk kelelawar, sapi dan ayam tetapi tidak mendeteksi SARS-CoV-2 di salah satu sampel.

Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa mengidentifikasi sumber hewan untuk SARS-CoV-2 bisa memakan waktu bertahun-tahun.

3. Pasar di Wuhan diduga jadi tempat penyebaran

Banyak kasus pertama COVID-19 terkait dengan Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan. Para peneliti awalnya menduga bahwa pasar ini adalah tempat virus berpindah dari hewan ke manusia.

Tetapi ketika para peneliti menguji produk hewani yang dijual di pasar, tidak ada yang dinyatakan positif SARS-CoV-2.

Hasil investigasi WHO yang dirilis pada bulan Maret menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara pasar Huanan dan asal-usul virus yang dapat dibuat.

Tetapi penelitian lain menunjukkan kemungkinan virus itu masih berasal dari pasar. Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Juni di jurnal Scientific Reports mensurvei pasar di Wuhan yang menjual hewan liar antara 2017 dan 2019, dan menemukan bahwa ada lebih dari 47.000 hewan dari 38 spesies yang dijual di pasar selama waktu ini.

Dari jumlah tersebut, 33 spesies diketahui membawa penyakit yang juga dapat menginfeksi manusia. Secara khusus, penelitian ini menemukan bahwa cerpelai, musang sawit, dan anjing rakun dijual di pasar, dan hewan-hewan ini diketahui mengandung virus corona.

4. Lab khusus untuk meneliti virus Corona

Tak lama setelah pandemi COVID-19 dimulai, banyak orang mencatat bahwa Wuhan juga merupakan rumah dari laboratorium virologi terkemuka, yang dikenal sebagai Institut Virologi Wuhan.

Di sini, para peneliti mempelajari coronavirus, keluarga virus yang juga termasuk virus penyebab penyakit akut parah sindrom pernapasan (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Laboratorium itu adalah laboratorium "keamanan hayati level 4" pertama di China, yang berarti memenuhi kriteria untuk menangani patogen paling berbahaya di dunia.

Satu kelompok di laboratorium, yang dipimpin oleh ahli virologi Shi Zhengli, berfokus pada virus corona dan menemukan kemungkinan asal mula wabah SARS pertama yang terjadi pada tahun 2003. Kelompok tersebut juga mengidentifikasi virus RaTG13.

Beberapa orang bertanya-tanya apakah seorang peneliti di lab mungkin secara tidak sengaja terinfeksi virus corona yang sedang dipelajari tim. Namun, tidak ada bukti kuat untuk mendukung teori ini.

5. Penyebaran alami vs kebocoran laboratorium

Laporan WHO pada Maret 2021 menyimpulkan bahwa penularan dari satwa liar melalui inang perantara adalah "jalur yang sangat mungkin" untuk transmisi asli SARS-CoV-2 ke manusia. Teori ini pun disetujui banyak ahli.

Dikutip dari Times, Kistian Andersen, seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di The Scripps Research Institute di La Jolla, California, mengatakan berdasarkan prioritas, data, dan bukti lainnya, teori kebocoran laboratorium tetap merupakan hipotesis spekulatif, berdasarkan dugaan.

6. Teori kebocoran laboratorium

Di sisi lain, para ahli mengatakan teori kebocoran laboratorium masih merupakan kemungkinan yang perlu diselidiki. Pada bulan Mei, lebih dari selusin peneliti menerbitkan surat di Jurnal Science yang menyatakan bahwa teori kebocoran laboratorium dan teori spillover keduanya tetap perlu dipelajari lebih lanjut.

7. Kurangnya transparansi

Banyak negara mengkritik laporan WHO yang dilakukan dalam kemitraan dengan para ilmuwan China, karena kurangnya transparansi dan data yang tidak lengkap.

Bahkan, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan tim peneliti menghadapi kendala dalam mengakses data di Wuhan, termasuk data kasus awal COVID-19.

Halaman 4 dari 3


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Berita Terkait