Sebelas hari yang lalu, dr Akbari berada di kliniknya di kota Mazar-e-Sharif, Afghanistan utara, ketika dia mendapat telepon yang membuatnya membatalkan semua janji temunya.
Ia mendapat telepon dari anggota Taliban yang telah mengancamnya dari selama berbulan-bulan karena dia telah memberikan suntikan KB kepada pengantin muda yang masih berusia 13 tahun.
"Dengan suara tenang ia berkata, 'kami akan memasuki kota. Kami akan segera datang dan menjemputmu," ceritanya kepada NPR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski Taliban berjanji akan mengizinkan perempuan untuk terlibat dalam pemerintahan dan bekerja di sektor-sektor seperti perawatan kesehatan, tapi banyak perempuan mengatakan kenyataan yang ada di lapangan lebih rumit.
Untuk Akbari, yang meminta NPR untuk melindungi identitasnya dengan hanya menggunakan nama belakangnya, masalah dimulai di sana sekitar delapan bulan yang lalu.
Saat itu, gadis 13 tahun itu tiba di kliniknya. Setelah memeriksanya, Akbari mengetahui bahwa gadis itu telah menikah dengan pria yang lebih tua sebagai istri keduanya.
"Dia mengatakan kepada saya bahwa suaminya ingin membuatnya hamil," kata Akbari.
Akbari mengatakan panduan medis dalam situasi ini sudah jelas. Dia adalah seorang anak. Beresiko bagi setiap anak untuk hamil, dan gadis ini juga secara fisik sangat lemah.
Terlebih lagi, gadis itu tidak ingin hamil. Jadi Akbari memutuskan untuk memberi gadis itu suntikan kontrasepsi, yang akan berlangsung selama tiga bulan.
"Dia meminta bantuanku," kenang Akbari.
Suami gadis itu ternyata anggota Taliban
Segera setelah itu, dia mendapat panggilan telepon bernada marah pertama dari suami gadis itu. Sejak saat itu, pria itu akan menelponnya dan mengamuk hampir setiap hari.
Akbari segera mengetahui bahwa pria itu bukan warga negara biasa. Ia adalah seorang pemimpin kontingen Taliban yang aktif di wilayah luar kota, meskipun kontingen tersebut kemudian tidak menguasai kota itu sendiri.
Tetapi ketika Taliban mulai mendapatkan keuntungan militer, Akbari memperhatikan perubahan nada panggilan telepon pria itu.
"Dia akan berkata, 'Kamu kafir. Kamu menentang Islam. Kamu membunuh beberapa generasi. Kami tahu apa yang harus dilakukan denganmu," bebernya.
Mereka akan mengiriminya foto-foto mayat yang sangat mengerikan ini, memberitahunya bahwa dia akan berakhir seperti ini.
Akbari mengatakan ketakutan itu bersifat konstan. Setiap kali seorang pasien datang dengan dikawal oleh seorang pria dengan pakaian tradisional tipe Taliban, dia khawatir pria itu adalah penyusup yang datang untuk membunuhnya.
Kabur dari Afghanistan
Dengan berkuasanya Taliban di Afghanistan, ia tak punya banyak pilihan selain untuk kabur sejauh mungkin. Sekarang dia berada di negara tetangga tapi diliputi ketidakpastian.
Dia hanya memiliki 400 dolar AS dan tinggal bersama seorang teman yang merupakan satu-satunya orang yang dia kenal di sana. Dia berduka karena kehilangan semua yang dia tinggalkan. Keluarganya, dan praktek medis yang ia bangun selama satu dekade.
Tapi dia bilang kembali bukanlah pilihan. Dia telah mendengar dari kerabat di Afghanistan bahwa suami gadis itu masih menelepon, menuntut untuk mengetahui keberadaan Akbari.
"Jika saya melihat seorang wanita dalam kesulitan, saya akan ingin membantunya. Dan Taliban akan mengatakan itu tidak Islami," ungkapnya dengan sedih.











































