Masih Dominan di Dunia, Suatu Saat Varian Delta Bakal Tergantikan?

Masih Dominan di Dunia, Suatu Saat Varian Delta Bakal Tergantikan?

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 31 Agu 2021 16:31 WIB
Masih Dominan di Dunia, Suatu Saat Varian Delta Bakal Tergantikan?
Ilustrasi virus Corona. (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Saat ini, varian Delta (B1617.2) masih dominan di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Ini karena varian tersebut mudah menular dan menyebar dengan cepat dibandingkan varian Corona lainnya.

Melihat kondisi ini, apakah ada harapan varian ini bisa hilang?

Menurut ahli patologi klinik Universitas Sebelas Maret dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD, FISQua, berdasarkan konsep alamiah, ada saatnya keberadaan varian ini akan tergeser.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Varian delta sekarang ada dan menjadi dominan. Tapi, bagaimana konsep alamiah, akan ada saatnya akan bergulir nantinya," kata dr Tonang dalam diskusi daring, Selasa (31/8/2021).

dr Tonang mengatakan varian Delta memang memiliki kemampuan yang lebih tinggi dan cepat dari segi penularan, penyebaran, serta jumlah kasusnya yang lebih banyak. Meski begitu, angka kematian akibat varian Delta ini masih rendah.

ADVERTISEMENT

"Tapi, belajar apa yang kita dapatkan dari negara-negara lain, terutama di Inggris yang datanya cukup lengkap, ternyata walaupun angka penyebarannya tinggi, angka kasus kematiannya terjaga rendah. Dan itu sangat berhubungan erat dengan keberhasilan dari vaksinasi," lanjutnya.

Lalu, apakah bisa muncul varian baru lagi?

"Nah, ke depan apakah akan muncul varian lagi, kemungkinan itu ada," ujar dr Tonang.

Namun, dr Tonang berharap kemunculan varian baru itu disertai dengan kemampuan menular atau menyebarnya lebih rendah dari varian sebelumnya. Misalnya, jika dibandingkan varian Alpha dan Beta, angka kematian varian Delta lebih rendah.

Angka kematian akibat varian Alpha mencapai 1,9 persen dan varian Beta 1,5 persen. Sedangkan varian Delta hanya sebesar 0,2 sampai 0,3 persen. Meski bukan angka yang kecil jika dilihat dari jumlah orangnya, setidaknya varian baru tidak berarti menjadi lebih ganas, tapi hanya lebih cepat untuk menyebar.

"Dengan demikian, sarana kita cuma satu yaitu dengan kita hadang agar (virus) tidak masuk ke tubuh kita. Sebetulnya tidak akan menyelesaikan masalah, tapi minimal untuk diri kita," ungkap dr Tonang.

"Untuk masalah bersama-sama kita atasi bareng, supaya varian-varian baru muncul itu tidak dapat kesempatan banyak. Caranya dengan segera kita tegakkan protokol kesehatan dan mempercepat cangkupan vaksinasi," imbuhnya.

Selain itu, dr Tonang juga menegaskan bahwa vaksinasi COVID-19 tidak akan mengubah virus menjadi mutasi varian. Vaksin itu justru akan membantu mengatasi virus tersebut.

"Jangan terbalik, vaksinasi tidak membuat virus itu menjadi mutasi varian. Justru orang yang belum sempat tervaksinasi kalau terinfeksi akan memberikan kesempatan virus untuk membuat varian baru," tegasnya.




(sao/up)

Berita Terkait