Singapura Negara Paling Bahagia se-ASEAN, Indonesia Nomor Berapa?

Singapura Negara Paling Bahagia se-ASEAN, Indonesia Nomor Berapa?

Rita Puspita Rachmawati - detikHealth
Selasa, 07 Sep 2021 09:15 WIB
Singapura Negara Paling Bahagia se-ASEAN, Indonesia Nomor Berapa?
(Foto: Getty Images/Ore Huiying)
Jakarta -

World Happiness Report mencatat Singapura menjadi negara paling bahagia di Asia Tenggara dengan 6,4. Sementara, Thailand mendekati 6 poin, diikuti oleh Filipina dengan 5,9 poin, Malaysia dan Vietnam sama-sama memiliki 5,4 poin, Indonesia dengan 5,3 poin, dan terakhir Myanmar dengan skor terendah di seluruh Asia Tenggara yaitu 4,4 poin.

Beberapa pertimbangan diperhitungkan untuk menentukan tingkat kebahagiaan ini. Untuk tahun 2021, fokus diberikan pada efek COVID-19 pada struktur dan kualitas hidup, serta penanganan pandemi oleh pemerintah.

Sementara kekayaan memang memainkan perannya sendiri dalam mendefinisikan kebahagiaan. Hal-hal seperti dukungan sosial, kebebasan memilih, kemurahan hati atau kebaikan sosial, persepsi korupsi pemerintah dan/atau bisnis, serta dampak COVID-19 semuanya dipertimbangkan dalam laporan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Singapura telah lama menjadi panutan sebagai negara yang mengendalikan COVID-19 dengan baik. Pemerintah telah melakukan banyak hal untuk membantu orang merasa lebih tenang selama pandemi, yang paling jelas adalah tingkat vaksinasi yang tinggi di negara itu.

Kedua, lockdown di Singapura lebih konsisten dalam mengendalikan jumlah infeksi COVID-19, berbeda dengan di Indonesia dan Malaysia misalnya. Pada saat yang sama, infeksi COVID-19 di Singapura lebih dari sekadar dapat dikelola untuk negara tersebut.

ADVERTISEMENT

Tapi tentu saja, jumlah populasi harus diperhitungkan. Populasi di Singapura jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Indonesia.

Indonesia adalah negara terbesar di kawasan ASEAN, dan terbesar keempat di dunia.

Sedangkan Myanmar, menjadi negara yang paling tidak bahagia di kawasan ini. Negara itu terbalik setelah militer secara paksa mengambil alih pemerintah dalam kudeta pada Februari 2021.

Sejak itu, orang-orang telah menyuarakan keluhan mereka dalam bentuk protes pro-demokrasi. Bahkan di bawah kecaman global, junta militer tampaknya tidak menyadari kekhawatiran semua orang, menunjukkan kurangnya pertanggungjawaban atas tindakan dan kelambanan mereka.




(kna/kna)

Berita Terkait