Peringatan Hari Rabies Sedunia 2021 yang jatuh pada 28 September bertema "Rabies: Facts, not Fear". Dalam peringatan tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajak orang-orang lebih memahami fakta terkait penyakit rabies.
Hal ini didasari oleh pengalaman dunia menghadapi pandemi COVID-19. WHO menyebut banyak mitos keliru yang beredar terkait pandemi dan hal ini membuat langkah pengentasan penyakit jadi semakin sulit. Sebagai contoh hoaks membuat orang ragu terhadap vaksin.
"Untuk rabies, ini bukan hal yang baru. Ketakutan, miskonsepsi, dan misinformasi terkait penyakit rabies dan langkah pencegahannya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Karena itu tema kali berfokus pada fakta-fakta tentang rabies, bukan menebarkan ketakutan berdasarkan misinformasi dan mitos," tulis WHO.
Fakta rabies
Rabies adalah penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menular lewat paparan langsung dengan air liur atau jaringan saraf hewan yang sakit, biasanya terjadi dalam kasus gigitan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut virus rabies di alam banyak ditemukan pada hewan kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Namun, kasus fatal penyakit rabies paling sering terjadi karena gigitan atau cakaran dari hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing.
Tingkat fatalitas penyakit rabies bisa mencapai 100 persen. Oleh karena itu langkah terbaik adalah melakukan pencegahan lewat vaksinasi.
Vaksin bisa diberikan untuk hewan peliharaan dan manusia.
"Rabies 99 persen fatal, tapi 100 persen bisa dicegah," tulis WHO.
Gejala rabies
Setelah seseorang digigit, virus rabies butuh waktu untuk menyebar dari luka sampai ke otak. Waktu penyebaran ini disebut sebagai masa inkubasi dan rentangnya bervariasi mulai dari beberapa minggu sampai bulan.
CDC menyebut gejala awal rabies kadang mirip seperti flu, mulai dari tidak enak badan, lemah, demam, dan sakit kepala.
"Mungkin juga ada rasa tidak nyaman, rasa tertusuk-tusuk, atau gatal di tempat gigitan. Kemudian berkembang dalam beberapa hari menjadi gejala akut disfungsi serebral, kecemasan, kebingungan, dan agitasi. Saat penyakit semakin parah, seseorang mungkin mengalami delirium, perilaku abnormal, halusinasi, hidrofobia (takut air), dan insomnia," papar CDC.
Kasus rabies hampir bisa dipastikan akan berakhir fatal ketika gejala parah tersebut sudah muncul. CDC menyebut sejauh ini kurang dari 20 kasus pasien rabies yang berhasil bertahan hidup.
Rabies di Indonesia
Kementerian Kesehatan menyebut angka kematian karena penyakit rabies di Indonesia masih cukup tinggi yakni 100-156 per tahun. Ini karena baru ada 8 provinsi yang berhasil mengentaskan penyakit rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
"Secara statistik 98% penyakit rabies ditularkan melalui gigitan anjing, dan 2% penyakit tersebut ditularkan melalui kucing dan kera," tulis keterangan Kemenkes RI.
Indonesia memiliki target mengentaskan rabies pada tahun 2030. Ini dilakukan lewat program vaksin antirabies.
Simak Video "Bayi 6 Bulan Bakal Dapat Vaksin Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(fds/up)