Usai pulih dari infeksi COVID-19, banyak orang yang mengeluh masih merasakan berbagai gejalanya. Misalnya mudah lelah, batuk-batuk, sesak napas, hingga indra penciuman yang kurang tajam.
Faktanya, virus Corona tidak hanya mempengaruhi indra penciuman saja seperti yang banyak dilaporkan para penyintas. Tetapi, penyakit ini juga bisa mempengaruhi indra penglihatan, pendengaran, hingga sentuhan. Dalam jangka pendek maupun panjang, virus ini bisa mempengaruhi kelima indra.
"Meskipun tidak mengancam jiwa, kehilangan salah satu dari indra ini sangat berpengaruh, terutama yang tiba-tiba terjadi seperti dalam konteks infeksi ini," kata profesor neurologi di NYU Grossman School of Medicine, Jennifer Frontera yang dikutip dari National Geographic, Senin (4/10/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana COVID-19 ini merusak kelima indra manusia?
Efek COVID-19 pada indra pendengaran
Dalam Journal of Audiology, para peneliti meninjau studi kasus berdasarkan laporan soal gejala COVID-19. Mereka memperkirakan gangguan pendengaran yang dialami sekitar 8 persen pasien COVID-19, sementara sekitar 15 persen mengembangkan tinnitus.
Meski belum dipahami secara detail, para ahli menduga bahwa COVID-19 mampu mempengaruhi tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan tenggorokan.
"Dengan infeksi apapun, seseorang bisa mengalami disfungsi tuba eustachius, yang bisa menyebabkan penumpukkan cairan di telinga tengah. (Bagian telinga) ini bertindak sebagai peredam mekanis pada gendang telinga," jelas profesor otolaryngology di Rush University Medical Center di Chicago, Elias Michaelides.
Dalam penjelasannya, Michaelides mengatakan usai seseorang sembuh dari penyakitnya, di banyak kasus saluran eustachius ini akan terkuras dan indra pendengaran akan kembali normal, meski harus membutuhkan waktu beberapa minggu.
Tetapi, jika virus Corona merusak neuron sensorik di bagian telinga dalam atau koklea, bisa memicu gangguan pendengaran yang tidak terduga dan bersifat permanen. Meski begitu, penyebab kerusakan saraf ini masih belum jelas.
Efek COVID-19 pada indra penglihatan
Sebuah studi yang dipublikasi di BMJ Open Ophthalmology menemukan bahwa pasien COVID-19 bisa mengalami beberapa gangguan mata, seperti sensitivitas cahaya, mata sakit, hingga penglihatan kabur.
Dari studi yang melibatkan sekitar 400 pasien COVID-19 itu, para peneliti menemukan sebanyak 10 persennya mengalami gangguan mata, termasuk konjungtivitis, iritasi mata, dan perubahan penglihatan.
"Jelas ada viral load di mata yang menyebabkan gejala, tetapi itu tidak berarti selalu menyebabkan penyakit jangka panjang di mata," ujar rekan penulis studi sekaligus profesor oftalmologi dan ilmu visual di University of Michigan Medical School, Shahzad I Mian.
Tak hanya itu, beberapa dokter juga menemukan bahwa virus Corona juga bisa meningkatkan risiko pembekuan darah di seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah di retina. Menurut dokter mata di Wills Eye Hospital, Philadelphia, Dr Julia A Haller, kondisi ini dapat menyebabkan penglihatan kabur atau kehilangan kemampuan penglihatan pada tingkat tertentu.
"Beberapa bentuk kehilangan penglihatan bisa diobati dengan obat-obatan, tergantung pada seberapa banyak kerusakan yang terjadi," jelasnya.
Bagaimana pengaruh COVID-19 pada indra penciuman, peraba, dan perasa? Klik ke halaman selanjutnya.
Efek COVID-19 pada indra peraba
Ternyata indra peraba juga bisa mengalami kerusakan akibat infeksi COVID-19. Sebab, penyakit ini terbukti menyebabkan gejala neurologis yang persisten.
Dalam penelitian yang dipublikasi pada Maret 2021 lalu, para peneliti mengevaluasi sekitar 100 orang yang tidak dirawat di rumah sakit akibat COVID-19, tetapi mengalami gejala yang berkelanjutan. Mereka menemukan bahwa 60 persennya mengalami mati rasa dan kesemutan selama 6-9 bulan usai terinfeksi.
Terkadang gejala itu menyebar ke seluruh tubuh, tetapi lebih sering terjadi pada tangan dan kaki. Meski begitu, kaitan antara keduanya belum bisa dipahami dengan baik. Tetapi, kemungkinan besar ini terjadi karena adanya hubungan antara peradangan dan infeksi lokal akibat virus Corona penyebab COVID-19 di saraf.
"Pada kebanyakan kasus, (mati rasa dan kesemutan) membaik seiring waktu. Semua orang pulih dengan waktu yang berbeda-beda," kata Igor Koralnik, profesor neurologi di Northwestern Feinberg School of Medicine.
Di beberapa kasus, kesemutan dan gejala neuropati lainnya bisa diobat dengan berbagai obat-obatan. Misalnya seperti gabapentin yaitu obat untuk mencegah kejang dan meredakan nyeri saraf.
Efek COVID-19 pada indra penciuman
Saat terinfeksi COVID-19, pasien bisa mengalami kehilangan indra penciumannya atau anosmia. Kondisi ini membuat mereka kehilangan kemampuan indra penciuman secara menyeluruh, tidak hanya dengan satu jenis aroma saja.
"Banyak orang yang tidak memiliki gejala COVID-19 pada hidung, tetapi bisa mengalami kehilangan indra penciuman (anosmia) yang cukup parah. Kami percaya hal ini disebabkan kerusakan sel sustentacular yang hidup di hidung dan sangat rentang terhadap infeksi virus," jelas profesor bedah THT-Kepala dan leher di Vanderbilt University Medical Center, Justin Turner.
Dalam penjelasannya, Turner mengatakan saat orang pulih dari COVID-19, sel yang beregenerasi bisa beraksi dan membuat neuron fungsional baru. Ini memungkinkan banyak orang untuk mendapatkan kembali fungsi indra penciumannya dalam 6-8 minggu usai infeksi.
Efek COVID-19 pada indra perasa
Selain mengalami kehilangan indra penciuman, banyak pasien COVID-19 yang melaporkan mengalami gangguan pada indra perasa. Tapi, kebanyakan pasien juga bisa mengalami keduanya sekaligus.
Profesor sekaligus ketua departemen otolaryngology-bedah kepala dan leher di Cleveland Clinic Lerner College of Medicine, Michael Benninger, mengatakan kehilangan indra perasa biasanya berjalan beriringan dengan hilangnya indra penciuman.
"Kami tidak melihat orang yang benar-benar kehilangan indra perasa (dengan infeksi COVID-19). Saat orang kehilangan indra penciuman, indra perasa mereka akan berkurang (kemampuan membedakan rasa yang berbeda hilang). Jika indra penciuman kembali, kemampuan indra perasa juga kembali," pungkas Benninger.











































