Ada 'BRA' di Balik Kontroversi No Bra Day, Apa Itu Rekonstruksi Payudara?

Ada 'BRA' di Balik Kontroversi No Bra Day, Apa Itu Rekonstruksi Payudara?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 15 Okt 2021 08:41 WIB
Jakarta -

Sejarah peringatan 'No Bra Day' tak lepas dari BRA Day yang merupakan singkatan dari Breast Reconstruction Awareness Day atau hari peringatan rekonstruksi payudara. Dengan rekonstruksi, pasien kanker payudara yang harus kehilangan payudara karena operasi pengangkatan atau mastektomi bisa kembali memiliki payudara.

Awalnya, No Bra Day atau hari tanpa bra dicetuskan sebagai kampanye kesadaran akan risiko kanker payudara. Kemudian pada Oktober 2011, BRA Day dicetuskan sebagai pengingat untuk para penyintas kanker payudara agar melakukan pemeriksaan diri.

Spesialis bedah plastik, dr Nathania Pudya Hapsari SpBP-RE, BMedSc, menjelaskan rekonstruksi payudara pos mastektomi adalah prosedur operasi rekonstruksi payudara setelah pengangkatan tumor. Tujuannya, memperbaiki bentuk payudara. Kini, Oktober selalu diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tak sedikit penyintas kanker payudara merasa kehilangan kepercayaan diri lantaran harus kehilangan payudaranya. Ia berharap peringatan tentang rekonstruksi payudara bisa menjadi pengingat bahwa penyintas kanker payudara berhak memiliki kepercayaan diri lagi.

"Adanya parut lukanya itu juga mengganggu, (merasa) seperti tidak wanita seutuhnya. Lalu biasanya juga pasien-pasien ini dimotivasi untuk bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan dia percaya diri," jelasnya pada detikcom saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/10/2021).

ADVERTISEMENT

"Kita bisa bilang pada pasiennya bahwa setelah operasi pengangkatan akibat kanker payudara ini, bukan berarti sudah selesai. Jadi masih bisa dilanjutkan, masih bisa percaya diri," lanjutnya.

Namun di samping fungsi tersebut, rekonstruksi payudara juga direkomendasikan untuk mengatasi nyeri pasca mastektomi dan terapi radiasi atau kemoterapi. Sebab pada banyak kasus, pasien yang menjalani pengangkatan payudara mengalami penyumbatan di saluran limfe sehingga menimbulkan nyeri pada bagian payudara, serta pembesaran area tangan.

"Ini prosedur yang saat umum dilakukan. Bedah plastik biasanya bekerja sama dengan onkologi untuk melakukan rekonstruksi payudara. Memang kalau tahapan dari pengangkatan tumor yang tidak direkonstruksi banyak menimbulkan masalah di kemudian harinya," jelas dr Nathania.

"Seperti bahwa pasien itu datang karena awalnya nyeri karena ada perubahan dari saluran limfe tadi karena di terhambat fungsi tidak baik jadi dia membuat nyeri," imbuhnya.

dr Nathania memberikan catatan, operasi rekonstruksi payudara bisa dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan. Biasanya, cara tersebut ditentukan besar-kecilnya area payudara yang masih tersisa.

Namun jika tidak bersamaan dengan operasi pengangkatan, rekonstruksi harus dilakukan jika pasien tidak ada rencana untuk melanjutkan terapi adjuvan atau kemoterapi pasca operasi pengangkatan. Lainnya, rekonstruksi bisa dijalankan jika terapi adjuvan tersebut sudah selesai, rata-rata dalam waktu 6 bulan pasca mastektomi.

"Pada kasus-kasus tertentu itu bisa dilakukan. Ada juga yang memang pasien datang setelah beberapa bulan terapi adjuvannya selesai karena dianggap sudah bersih. Sel kankernya sudah tidak ada, maka dia berani untuk melakukan rekonstruksi," jelas dr Nathania.

"Biasanya antara 6 bulan. Paling aman itu 6 bulan karena jangan lupa setelah adjuvan terapi harus berikan tubuh untuk healing. Sampai sudah optimal, baru dilakukan prosedur lain pembedahan supaya lebih optimal," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(vyp/up)
No Bra Day 2021
8 Konten
No Bra Day diperingati tiap 13 Oktober. Sebagian orang mengaitkannya dengan kampanye kanker payudara, tetapi tidak sedikit yang menyebut keduanya tidak saling berhubungan.

Berita Terkait