Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengungkapkan potensi gelombang ketiga di Indonesia sangat besar bisa terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya liburan Natal dan Tahun Baru nanti.
"Potensi masih besar kalau semua orang berkerumun banyak sekali, semua orang tidak pakai masker," kata Miko dalam webinar daring, Rabu (17/11/2021).
"Itu terbukti di negara-negara di Eropa itu meledak lagi, seperti di Inggris, Prancis, sekarang meningkat lagi," lanjutnya.
Selain liburan Natal dan Tahun Baru, ada beberapa hal yang juga bisa memicu meledaknya gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia, seperti:
Pembebasan pembatasan sosial terlalu cepat
Menurut Miko, pembebasan pembatasan sosial atau PPKM terkesan terlalu terburu-buru. Miko mengatakan, sebenarnya masih banyak masyarakat yang bersikap hati-hati, tetapi kini semakin berkurang jumlahnya.
Munculnya varian baru
Miko mengatakan kemunculan varian baru Corona juga bisa menjadi pemicu dari terjadinya gelombang ketiga. Ditambah saat ini varian baru, seperti AY.4.2 sudah sampai di Singapura.
Surveillance atau pengawasan yang kurang maksimal
Surveillance atau sistem pengawasan saat ini kurang maksimal. Menurut Miko, jumlah kasus yang dilaporkan saat ini mungkin bukan jumlah kasus yang sebenarnya. Ia menilai sistem pengawasan saat ini kurang bisa menangkap kasus COVID-19 yang sesungguhnya.
Natal dan Tahun Baru
"Kemungkinan saat natal dan tahun baru orang pada berkerumun. Jadi, kemungkinan pada bulan Januari 2022 akan timbul gelombang ketiga di Indonesia," kata dia.
Namun, Miko mengimbau agar masyarakat tidak terlalu khawatir. Pasalnya, jumlah kasus pada gelombang ketiga nanti diprediksi tidak akan lebih banyak dari gelombang pertama.
"Gelombang pertama itu 18 ribu per hari pada bulan Januari 2021. Apalagi gelombang kedua jumlah kasusnya sampai 54 ribu. (Jumlah kasusnya) nggak akan lebih dari gelombang pertama," ujar Miko.
"Mungkin jika cakupan vaksinasi mencapai 50 persen atau kurang dari 50 persen sedikit, mungkin gelombang ketiga akan kurang dari 5 ribu kasus," pungkasnya.