Seiring membaiknya kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia kini, sejumlah pihak waswas soal potensi gelombang ketiga COVID-19 RI. Prediksi lonjakan kasus bakal balik lagi awal 2022 bermunculan akibat Natal dan Tahun Baru yang rentan tinggi mobilitas masyarakat.
Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono menyebut besar risiko gelombang ketiga COVID-19 tiba di Indonesia. Menjelang Natal dan Tahun Baru, ia memprediksi lonjakan kasus bakal tiba Januari 2022.
Berikut beberapa penyebab potensi gelombang ketiga COVID-19 RI yang dipaparkannya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pembebasan pembatasan sosial teburu-buru
Menurut Miko, potensi gelombang ketiga COVID-19 RI juga dipicu oleh pembebasan pembatasan sosial yang terburu-buru dan kemunculan subvarian Delta Plus atau AY.4.2 yang disebut-sebut lebih ganas. Diketahui, varian ini belum lama ditemukan di negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
"Menurut saya potensi gelombang ketiga di Indonesia itu sangat besar. Satu, karena pembebasan pembatasan sosialnya terlalu terburu-buru. Menurut saya kurang hati-hati. Artinya hati-hati ada, tapi kurang perhatian. Kemudian pada varian baru. Varian baru bahkan sudah sampai di Singapura," terangnya dalam diskusi daring, Rabu (17/11/2021).
2. Kasus COVID-19 kurang terdeteksi, wilayah buru-buru ingin turun level
Risiko pemicu gelombang ketiga COVID-19 RI selanjutnya adalah kurangnya kemampuan pengawasan di Indonesia dalam menangkap jumlah kasus positif COVID-19. Seiring itu, wilayah-wilayah terburu-buru ingin turun level PPKM.
"Yang ketiga adalah surveillance kita kurang baik atau kurang bisa menangkap kasus yang sesungguhnya. Kasus yang sesungguhnya, mungkin dilaporkan di kita itu dua hari lalu 270. Sebenarnya lebih dari itu," beber Miko.
"Karena semua kabupaten-kota itu mau level 1. Jadi yang level 2 itu masih banyak. Menurut saya turun lebel 1, menurut saya hati-hati di situ dalam surveillance COVID-19," sambungnya terkait potensi gelombang ketiga COVID-19 RI.
3. Masyarakat tak bisa tahan berkerumun di Natal dan Tahun Baru
Menurut Miko, potensi kerumunan masyarakat di momen Natal dan Tahun Baru tak mungkin bisa dibendung. Hal inilah yang mungkin memicu potensi gelombang ketiga COVID-19 RI tiba Januari 2022.
Namun ia optimistis, dengan adanya kekebalan baik dari vaksin COVID-19 atau alami dari infeksi, jumlah kasus COVID-19 harian di gelombang ketiga kelak tak akan semeledak pada gelombang 1 dan 2.
"Kemungkinan orang pada berkerumun menurut saya Natal dan Tahun Baru itu nggak bisa orang dibendung untuk berkerumun. Jadi kemungkinan bulan Januari akan timbul gelombang ketiga di Indonesia," jelas Miko.
"Tapi jangan takut, gelombang ketiga itu tidak akan lebih dari jumlah kasus harian gelombang 1 yaitu 18 ribu per hari pada Januari 2021. Apalagi gelombang kedua kasus hariannya sampai 54 ribu. Nggak akan lebih dari gelombang pertama," lanjutnya.
Syarat Indonesia bisa 'OTW' bebas COVID-19
Menurut Miko, jika cakupan vaksinasi COVID-19 mencapai 50 persen atau setidaknya kurang sedikit dari 50 persen, kasus harian COVID-19 pada gelombang ketiga mungkin tak akan mencapai 5 ribu.
"Catatannya adalah, kapan kita normal? Kalau wabahnya sudah selesai dan kemudian kalau kita sudah eradikasi. Karena kita eradikasi ini masih butuh lama, jadi baru selesai wabahnya," jelas Miko.
"Kalau wabahnya itu pada insiden yang 10 per satu juta penduduk maka itu meurut saya potensi masih besar kalau semua orang berkerumun banyak sekali, tidak pakai masker dan itu tebukti di negara Eropa sekarang meningkat lagi," pungkasnya terkait potensi gelombang ketiga COVID-19 RI.











































