Pakar Sebut Potensi Gelombang Ketiga COVID-19 RI Sangat Besar, Kenapa?

ADVERTISEMENT

Pakar Sebut Potensi Gelombang Ketiga COVID-19 RI Sangat Besar, Kenapa?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 18 Nov 2021 16:33 WIB
Pandemi COVID-19 DKI Jakarta makin hari makin terkendali. Salah satu indikatornya persentase kasus positif COVID-19 sudah berada di angka 0,9 persen.
Ilustrasi Indonesia diprediksi bakal hadapi gelombang ketiga COVID-19 RI. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Seiring membaiknya kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia kini, sejumlah pihak waswas soal potensi gelombang ketiga COVID-19 RI. Prediksi lonjakan kasus bakal balik lagi awal 2022 bermunculan akibat Natal dan Tahun Baru yang rentan tinggi mobilitas masyarakat.

Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono menyebut besar risiko gelombang ketiga COVID-19 tiba di Indonesia. Menjelang Natal dan Tahun Baru, ia memprediksi lonjakan kasus bakal tiba Januari 2022.

Berikut beberapa penyebab potensi gelombang ketiga COVID-19 RI yang dipaparkannya:

1. Pembebasan pembatasan sosial teburu-buru

Menurut Miko, potensi gelombang ketiga COVID-19 RI juga dipicu oleh pembebasan pembatasan sosial yang terburu-buru dan kemunculan subvarian Delta Plus atau AY.4.2 yang disebut-sebut lebih ganas. Diketahui, varian ini belum lama ditemukan di negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.

"Menurut saya potensi gelombang ketiga di Indonesia itu sangat besar. Satu, karena pembebasan pembatasan sosialnya terlalu terburu-buru. Menurut saya kurang hati-hati. Artinya hati-hati ada, tapi kurang perhatian. Kemudian pada varian baru. Varian baru bahkan sudah sampai di Singapura," terangnya dalam diskusi daring, Rabu (17/11/2021).

2. Kasus COVID-19 kurang terdeteksi, wilayah buru-buru ingin turun level

Risiko pemicu gelombang ketiga COVID-19 RI selanjutnya adalah kurangnya kemampuan pengawasan di Indonesia dalam menangkap jumlah kasus positif COVID-19. Seiring itu, wilayah-wilayah terburu-buru ingin turun level PPKM.

"Yang ketiga adalah surveillance kita kurang baik atau kurang bisa menangkap kasus yang sesungguhnya. Kasus yang sesungguhnya, mungkin dilaporkan di kita itu dua hari lalu 270. Sebenarnya lebih dari itu," beber Miko.

"Karena semua kabupaten-kota itu mau level 1. Jadi yang level 2 itu masih banyak. Menurut saya turun lebel 1, menurut saya hati-hati di situ dalam surveillance COVID-19," sambungnya terkait potensi gelombang ketiga COVID-19 RI.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT