Hari Disabilitas Internasional 3 Desember: Sejarah, Tema dan Fakta-fakta di Baliknya

Hari Disabilitas Internasional 3 Desember: Sejarah, Tema dan Fakta-fakta di Baliknya

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 02 Des 2021 14:36 WIB
Hari Disabilitas Internasional 3 Desember: Sejarah, Tema dan Fakta-fakta di Baliknya
Ilustrasi tema dan fakta-fakta di balik Hari Disabilitas Internasional 2021. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Hari Disabilitas Internasional (HDI) jatuh setiap 3 Desember. Hari ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat perihal disabilitas serta kesamaan hak untuk penyandang disabilitas.

"Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang disabilitas, menghilangkan stigma terhadap penyandang disabiitas dan memberikan sokongan untuk meningkatkan kemandirian dan kesamaan hak penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan," diikutip detikcom dari laman resmi Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kamis (2/12/2021).

Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari satu miliar orang di dunia mengalami kecacatan. Diperkirakan, angka ini bakal meningkat disebabkan penuaan populasi dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, WHO juga menyebut hanya sedikit negara yang memiliki mekanisme memadai untuk menanggapi sepenuhnya prioritas dan persyaratan kesehatan penyandang disabilitas.

Menyambut Hari Disabilitas Internasional, berikut beberapa fakta seputarnya yang wajib dipahami:

ADVERTISEMENT

1. Tema Hari Disabilitas Internasional 2021

Mengacu pada Kementerian Sosial Republik Indonesia, tujuan Hari Disabilitas Internasional tersebut diimplementasikan dalam tema HDI 2021 yakni "Kepemimpinan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas Menuju Tatanan Dunia yang Inklusif, Aksesibel, dan Berkelanjutan Pasca COVID-19".

2. Cita-cita di balik tema Hari Disabilitas Internasional 2021

Dikutip dari laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), krisis global akibat COVID-19 memperdalam ketidaksetaraan yang sudah ada bahkan sebelum pandemi COVID-19. Mengingat, penyandang disabilitas di dunia sebanyak satu miliar jiwa adalah salah satu kelompok paling terpinggirkan dalam masyarakat. Kelompok ini juga termasuk yang paling terpukul akibat krisis COVID-19, khususnya dalam hal kematian.

Bahkan dalam kondisi normal, penyandang disabilitas cenderung tidak mengakses perawatan kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. PBB menyebut, pendekatan terpadu diperlukan untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas tidak tertinggal.

Diharapkan, inklusi disabilitas bisa menghasilkan respons dan pelayanan pemulihan COVID-19 secara baik bagi semua orang. Langkah ini akan menyediakan sistem yang lebih gesit.

3. Melihat kondisi penyandang disabilitas di dunia

Dalam laman resmi PBB juga dipaparkan, dari satu miliar penduduk penyandang disabilitas, 80 persen di antaranya tinggal di negara berkembang. Juga diperkirakan, 46 persen lansia di dunia adalah penyandang disabilitas.

Satu dari setiap lima wanita berpotensi besar akan mengalami disabilitas dalam hidupnya. Sementara satu dari setiap sepuluh anak adalah penyandang disabilitas.

Yang tak kalah penting diperhatikan seiring Hari Disabilitas Internasional, penyandang disabilitas di dunia termasuk kelompok paling terpukul oleh pandemi COVID-19.

4. COVID-19 mengintai penyandang disabilitas

Di Hari Disabilitas Internasional 2021 PBB menyebut, penyandang disabilitas lebih rentan terhadap kondisi sekunder dan penyakit penyerta jika terinfeksi COVID-19. Misalnya masalah paru-paru, diabetes, penyakit jantung, dan obesitas.

Seiring kondisi tersebut, penyandang disabilitas merasa lebih sulit untuk mengakses layanan kesehatan. Bahkan sebelum ada pandemi COVID-19. satu dari tiga penyandang disabilitas tidak mampu membeli fasilitas perawatan kesehatan. 42 persen penyandang disabilitas di sejumlah negara menganggap kondisi kesehatannya memburuk.

5. Sulitnya berlindung dari ancaman virus Corona bagi penyandang disabilitas

Sudah bukan kabar baru bahwa mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjalani sederet protokol kesehatan adalah senjata paling ampuh untuk mencegah paparan virus Corona. Namun bagi penyandang fasilitas, itu semua bukan perkara mudah.

Pasalnya, fasilitas air, sanitasi, hingga kebersihan tak selalu bisa diakses oleh penyandang disabilitas. Ditambah, mereka yang membutuhkan bantuan tak selalu bisa menjaga jarak fisik dengan orang lain.

"Jarak sosial tidak mungkin bagi mereka yang mengandalkan kontak fisik untuk mendapatkan dukungan. Terlalu sedikit informasi kesehatan masyarakat yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan aksesibilitas," tertulis dalam laman PBB.

6. Fakta pilu yang dihadapi penyandang disabilitas yang terkena COVID-19

PBB memaparkan, di beberapa tempat, khususnya yang terimbas pandemi COVID-19, staf medis terpaksa mengambil keputusan perihal pasien COVID-19 yang akan menerima fasilitas kesehatan seperti tempat tidur dan perawatan intensif ventilator.

Seringkali, keputusan tersebut tidak berdasarkan pada prognosis individu pasien, melainkan kriteria diskriminatif seperti usia hingga asumsi tentang kualitas hidup. Yang terimbas, yakni kelompok penyandang disabilitas.

Itulah enam fakta di balik tema Hari Disabilitas Internasional 2021. Walhasil, menjelang 3 Desember 2021, PBB menegaskan kembali bahwa hak semua penyandang disabilitas adalah hal yang tak boleh dilupakan dari hak asasi manusia dan kebebasan fundamental.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemendikdasmen Ungkap 6 Tantangan Pendidikan untuk Disabilitas di RI"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Berita Terkait