Fenomena 'Resesi Seks' Muncul di AS, Apa Pemicunya?

ADVERTISEMENT

Fenomena 'Resesi Seks' Muncul di AS, Apa Pemicunya?

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Senin, 06 Des 2021 10:04 WIB
Fashion portrait of young elegant woman in bed
Fenomena resesi seks di AS. (Foto: iStock)
Jakarta -

Sejumlah negara mengalami fenomena 'resesi seks' dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ini merujuk pada turunnya gairah pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah, atau memiliki anak.

Isu 'resesi seks' di Amerika Serikat mulai terendus sejak 2019 silam. Adanya pandemi COVID-19 diyakini menjadi salah satu alasan banyak pasangan menunda menikah dan menjadi orang tua.

Penelitian baru dari Institute for Family Studies (IFS) menunjukkan bahwa antara tahun 2008 dan 2021, jumlah orang dewasa muda yang ogah berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat dari 8 persen menjadi 21 persen.

Menurut penelitian tersebut, lebih banyak perempuan di rentang usia 18-35 tahun tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir. Peningkatan ini juga didorong oleh pernikahan yang tertunda imbas pandemi COVID-19.

Selain itu, Jake Novak, analis ekonomi, dalam penelitiannya mengatakan 'resesi seks' cenderung dialami oleh kaum milenial dengan rentang usia 20-an sampai 40-an.

Dalam publikasinya di laman CNBC Internasional, Novak menyebut menurunnya gairah seks dan pernikahan juga mengindikasikan kaum muda juga ingin menunda aspek kedewasaan lainnya seperti properti (membeli rumah) atau otomotif (membeli mobil).

Sementara itu menurut data dari Survei Sosial Umum, pada 2018 ada 23 persen orang dewasa yang mengaku tidak melakukan hubungan seks dalam setahun. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang masa.



Simak Video "Populasi Menurun dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Enggan Berkeluarga"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT