Penelitian terbaru mengungkapkan fakta terbaru terkait virus Corona. Rupanya, virus satu ini juga menginfeksi sel-sel lemak dan sel kekebalan tertentu dalam lemak tubuh sehingga menyebabkan kerusakan lebih parah.
Temuan dari studi ini menjelaskan mengapa orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala lebih parah bahkan kematian akibat COVID-19.
Philipp Scherer, PhD, seorang ilmuwan yang mempelajari sel-sel lemak di UT Southwestern Medical Center, Dallas, Amerika Serikat menyatakan, virus Corona bisa menginfeksi sel-sel lemak secara langsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalahnya saat ini, apa yang terjadi di sel lemak tidak hanya tinggal di lemak tetapi berefek pada jaringan disekitarnya," kata Scherer dikutip dari The New York Times, Senin (13/12/2021).
Dalam studi tersebut, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Standford juga melakukan pengujian jaringan lemak pada pasien operasi bariatrik untuk memahami apakah jaringan sel lemak itu dapat terinfeksi virus Corona.
Mereka melakukan penelitian pada sel adiposa (sel lemak), pra-adiposa (sel yang menjadi lemak) dan sel kekebalan (makrofag atau jaringan adiposa).
Hasilnya, adiposit dapat terinfeksi meski tidak meradang. Kemudian makrofag dapat terinfeksi dan memiliki respons inflamasi utama. Selain itu, pra-adiposit tidak terinfeksi, tetapi dapat menambah masalah respons inflamasi.
Sementara itu, David Kass, MD, seorang profesor kardiologi di Johns Hopkins Medicine mengatakan, virus corona nampaknya menghindari pertahanan sistem kekebalan tubuh dan berkumpul di jaringan lemak. Hal ini memungkinkan untuk bereplikasi dan memicu respons kekebalan yang parah.
"Jika Anda benar-benar gemuk, maka lemak merupakan organ tunggal terbesar di tubuh Anda," ujarnya.
"Virus Corona dapat menginfeksi jaringan itu dan benar-benar tinggal di sel-sel itu (sel lemak), entah menyakitinya atau membunuhnya. Itu (sel lemak) merupakan tempat untuk memperkuat diri (virus Corona) dan menjadi semacam reservoir," tambah Kass.
Orang Obesitas Bisa Alami Long COVID
Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa tubuh yang terinfeksi dapat berakibat pada long COVID. Kondisi ini menyebabkan gejala yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah seseorang pulih dari infeksi virus Corona.
Obat-obatan yang meredakan peradangan jaringan adiposa pada pasien obesitas dapat membantu pasien COVID-19. Oleh karena itu, para profesional kesehatan harus mempertimbangkan berat badan dan lemak tubuh pasien saat menjalani perawatan COVID-19.
"Studi ini merupakan peringatan bagi para profesional medis dan kesehatan masyarakat untuk memberi perhatian lebih terkait masalah kelebihan berat ban (obesitas) dan jenis perawatan yang diberikan kepada mereka (pasien COVID-19 yang obesitas)," kata Barry Popkin, PhD, peneliti obesitas di University of North Carolina, Chapel Hill.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(any/up)











































