Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban sentil warga yang masih nekat berwisata ke luar negeri di tengah ancaman Omicron. Belakangan, kasus Omicron di Indonesia memang meningkat pada pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Dari total 318 yang dilaporkan per Sabtu (8/1/2022), 295 di antaranya adalah PPLN. Prof Zubairi mewanti-wanti risiko rumah sakit penuh akibat ledakan Omicron sangat nyata.
"Saya rasa tidak bijaksana melakukan perjalanan internasional yang tidak perlu saat ini. Jangan remehkan Omicron meski gejalanya ringan," tutur Prof Zubairi dalam akun Twitter pribadinya, Minggu (9/1/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kasus meledak, tetap saja rumah sakit akan penuh. Fasilitas kesehatan terganggu dan pembelajaran tatap muka 100 persen yang baru mulai bisa tertunda lagi," sambung dia.
Kemenkes RI mencatat gejala COVID-10 Omicron di Indonesia yang paling banyak dikeluhkan adalah batuk dan flu. Gejalanya mirip dengan influenza, tetapi ada perbedaan mencolok yang diklaim dokter menjadi pembeda gejala COVID-19 Omicron dan flu biasa.
Menurut Kepala European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases dari Aarhus University Hospital di Denmark, Prof Eskild Petersen, flu cenderung membuat pasien mengalami keluhan nyeri otot dan nyeri punggung, ketimbang varian Omicron.
"Jika Anda benar-benar menderita influenza, Anda mengalami demam dan nyeri otot secara umum," ujarnya, dikutip dari The National News.
Ia juga menambahkan, pasien flu biasanya tidak mengalami gejala anosmia atau gangguan indra perasa dan penciuman.
(naf/up)











































