Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sudah menyetujui pil COVID-19 Molnupiravir untuk digunakan pasien Corona bergejala ringan. Di sisi lain, pemerintah juga tak hanya mengamankan Molnupiravir besutan farmasi Amerika Serikat Merck and Co saja, tetapi Paxlovid buatan Pfizer setidaknya bakal datang Februari 2022 ke Tanah Air.
Dikutip detikcom dari berbagai sumber, Senin (10/17/2022), kedua obat ini sebenarnya memiliki cara kerja yang sama yakni menghambat virus penyebab COVID-19 memperbanyak diri. Meski sama-sama menghambat laju perkembangan virus Corona, keduanya memiliki perbedaan.
Apa saja perbedaan obat Paxlovid dan Molnupiravir? Berikut ulasannya.
Mengenal Molnupiravir
Molnupiravir merupakan pil antivirus oral yang dapat digunakan pasien COVID-19 bergejala ringan. Obat ini diminum dalam beberapa hari setelah terpapar COVID-19.
Molnupiravir sendiri dikembangkan oleh Merck dan Ridgeback Biotherapeutics untuk mengobati COVID-19 ringan hingga sedang pada orang dewasa yang berisiko terkena penyakit parah.
- Efikasi Molnupiravir: 30-50 persen mengurangi risiko rawat inap dan kematian
- Durasi terapi Molnupiravir: lima hari
- Dosis obat: 2x800 mg berjumlah 40 tablet. Diminum pasien dengan dosis 2x4 tablet per hari
- Diberikan untuk: pasien COVID-19 gejala ringan hingga sedang, berisiko sakit berat dan tidak dirawat inap.
- Tidak disarankan untuk: pasien di bawah 17 tahun, tidak diberikan bagi seseorang yang belum atau sudah tertular COVID-19, dan pasien yang dirawat di rumah sakit karena Corona.
Cara kerja Molnupiravir
Senyawa Molnupiravir adalah analog nucleoside cytidine, dapat menyusup rantai RNA dan menghambat sintesis RNA virus melalui penghambatan enzim RdRp (RNA-dependent RNA Polymerase), yang pada gilirannya menghambat replikasi virus.
Berdasarkan data uji klinis, pil Covid Merck ini paling efektif jika diminum saat tahap awal infeksi, dan disarankan untuk digunakan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.
Pil molnupiravir sudah diizinkan digunakan untuk orang yang memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah, termasuk obesitas, usia tua, diabetes, dan penyakit jantung.
Mengenal Paxlovid
Obat COVID-19 Paxlovid dikemabngan oleh Pfizer. Pil antivirus oral ini digunakan pasien COVID-19 sevara mandiri di rumah. Pasien yang menerima obat ini, harus mempunyai berat badan setidaknya 40 kilogram dengan hasil positif COVID-19 dan berisiko tinggi timbul gejala parah.
- Efikasi Paxlovid: 88 persen mengurangi risiko rawat inap dan kematian
- Durasi terapi Paxlovid: Lima hari
- Dosis obat: Diminum pasien dengan dosis 3x2 tablet per hari. Tablet terdiri dari dua tablet nirmatrelvir dan satu tablet ritonavir
- Diberikan untuk: Pasien COVID-19 gejala ringan hingga sedang, berisiko sakit berat dan tidak dirawat inap
- Efek samping Paxlovid: gangguan indera perasa, diare, tekanan darah tinggi dan nyeri otot.
- Tidak disarankan untuk: pasien dengan ginjal berat atau gangguan hati yang parah.
Cara kerja Paxlovid
Paxlovid dirancang untuk memblokir enzim yang dibutuhkan virus guna bereplikasi.
Obat ini juga dikemas dalam kemasan blister yang terdiri dari dua pil paxlovid dan salah satu antivirus, ritonavir, yang memungkinkannya aktif lebih lama pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jadi, pasien akan diberikan dosis sebanyak dua bungkus untuk dikonsumsi selama lima hari.
Simak Video 'RI Borong Obat Covid-19 Pfizer 'Paxlovid': Bakal Tersedia di Apotek':