COVID-19 Harian RI Tembus 3 Ribu Kasus, Eks Bos WHO Beri Pesan Khusus

COVID-19 Harian RI Tembus 3 Ribu Kasus, Eks Bos WHO Beri Pesan Khusus

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Minggu, 23 Jan 2022 05:00 WIB
COVID-19 Harian RI Tembus 3 Ribu Kasus, Eks Bos WHO Beri Pesan Khusus
Virus Corona (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Eks petinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama ikut buka suara usai Indonesia mencatat lebih dari 2 ribu kasus COVID-19. Per Sabtu (22/1/2022) bahkan kasus baru Corona menyentuh 3.205 orang.

"Kenaikan kasus COVID-19 lebih dari 2.000 di hari-hari ini jelas harus dikendalikan dengan effort tambahan, kita perlu melakukan sesuatu yang lebih daripada yang dilakukan di hari-hari sebelumnya, tidak bisa kegiatan yang sama saja," pinta Prof Tjandra, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Sabtu (22/1/2022).

Meski kenaikan level PPKM dirasa belum perlu, penerapan protokol kesehatan menurutnya wajib diperketat. Misalnya pengawasan kapasitas work from office hingga pembelajaran tatap muka 100 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Tjandra juga menilai kebijakan sekolah tatap muka 100 persen perlu dikaji atau dianalisa lebih lanjut risikonya di tengah naiknya varian Omicron.

"Mungkin baik juga dianalisa tentang pembelajaran tatap muka di sekolah, apakah tetap 100 persen, atau barangkali dipertimbangkan kalau perlu diturunkan 75 persen dan lain-lain," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Ketersediaan PCR khusus yakni tes S Gene Target Failure (SGTF) juga sebaiknya diperluas. Hal ini membantu mengidentifikasi kasus Omicron lebih awal, meski harus dilanjutkan dengan tes whole genome sequencing (WGS).

Namun, tes SGTF bisa melihat kasus probable Omicron dalam hitungan jam, ketimbang WGS yang membutuhkan waktu beberapa hari.

"Juga perlu ditingkatkan penelusuran kasus secara masif pada kejadian transmisi lokal yang sudah ratusan orang itu, baik telusur 'ke depan' kepada siapa mereka menularkan dan juga 'telusur ke belakang' dari mana mereka tertular," pesan dia.

Cakupan vaksinasi booster menurutnya lebih prioritas untuk kelompok lansia yang rentan terpapar, Prof Tjandra meminta pelaksanaan program tersebut juga dipermudah demi meningkatkan angka sasaran vaksinasi. Sementara terkait perlunya tarik rem darurat, Prof Tjandra mengimbau keputusan tersebut wajib dianalisis dari perkembangan di lapangan.

"Di satu sisi jangan sampai terlambat untuk menarik 'rem darurat' kalau sekiranya diperlukan, dan di sisi lain jangan pula terlalu cepat melakukan pengetatan kalau belum sepenuhnya diperlukan," tandas dia sembari menekankan masyarakat untuk tidak panik menghadapi varian Omicron, tetapi tetap waspada.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Berita Terkait