Di tengah lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron, dunia kini dihebohkan temuan virus baru NeoCov. Jenis baru virus Corona ini disebut-sebut menular dan berisiko menimbulkan kematian. Benarkah demikian?
Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) regional Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan virus NeoCov hingga saat ini tak terbukti menulari manusia.
Dalam informasi beredar, disebutkan virus ini ditemukan pada kelelawar Afrika Selatan dan dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya juga diketahui, virus NeoCov berhubungan dengan wabah Virus Corona Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) pada tahun 2012 dan 2015. Hingga kini, virus yang menggunakan reseptor ACE2 kelelawar tersebut tidak dapat mengikat reseptor ACE2 manusia. Kecuali, terjadi mutasi signifikan.
"NeoCov yang sekarang bermutasi lagi maka mungkin dapat menimbulkan masalah pada manusia. Jadi sekarang belum bermutasi, dan belum tentu juga akan bermutasi lagi atau tidak, bisa saja tetap seperti sekarang dan tidak bermutasi lagi," terang Prof Tjandra dalam rilis yang diterima detikcom, Minggu (30/1/2022).
"Teori lain, karena NeoCov adalah virus Corona seperti juga penyebab MERS CoV dan juga penyebab COVID-19, maka orang dapat saja berteori bahwa kalau nanti NeoCov bermutasi maka bisa saja diduga bahwa penularannya akan seperti COVID-19 dan fatalitasnya seperti MERS CoV, tapi ini kalau NeoCov bermutasi ke arah itu, bisa saja mutasinya. Kalau toh ada, akan ke arah lain lagi," sambungnya.
Sejauh ini tidak bermutasi ke arah menyerang manusia. Selengkapnya di halaman berikut.
Tidak bermutasi ke arah menyerang manusia
Menurutnya sampai kini, virus NeoCov tak bermutasi hingga berpotensi menular ke manusia. Meski terdapat kemungkinan kelak NeoCov bermutasi dan menulari manusia, masih ada juga kemungkinan bahwa mutasi tersebut tak terjadi sehingga tidak menjangkit manusia.
"Para ahli tentu akan terus memantau perkembangan NeoCov, dan kita ikuti saja perkembangan ilmiah yang valid," terang Prof Tjandra.
"Harus diketahui bahwa mungkin saja dari waktu ke waktu ada virus-virus jenis baru, ini sudah terjadi sejak dulu, tetapi sekarang krn pandemi COVID-19 maka semua orang jadi sangat memperhatikan," pungkasnya.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































