Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyinggung soal jumlah pasien COVID-19 Omicron yang butuh perawatan di rumah sakit (RS). Meski secara persentase pasien yang dirawat lebih rendah dibanding varian Delta, secara jumlah bisa sama atau lebih besar karena kecepatan penyebaran virus.
Hal ini disampaikan Menkes Budi saat membeberkan hasil rapat evaluasi PPKM. Ia memberi gambaran ada negara yang dapat menekan kasus pasien rawat di RS, tapi ada juga yang pasiennya melonjak
"Di Amerika secara persentase kasus aktif di bawah Delta, tetapi secara nominal jumlah orang yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari Delta. Di Prancis demikian juga," kata Menkes Budi dalam konferensi pers hasil rapat evaluasi PPKM, Senin (31/1/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kembali lagi melihat kasus seperti ini, karena banyak ketidakpastiannya, lebih baik kita hati-hati waspada. Tidak usah jemawa," lanjutnya.
Pasien yang bisa dirawat di RS adalah mereka yang mengalami gejala sedang-berat dengan salah satu indikatornya tingkat saturasi oksigen. Pasien yang saturasi oksigennya masih di atas 95 persen dapat melakukan isolasi mandiri di rumah.
Menkes Budi menjelaskan pengetatan kriteria pasien yang dirawat di RS ini dilakukan untuk mengurangi beban sistem kesehatan.
"Karena kita ketahui kenaikan kasusnya akan tinggi sehingga pressure-nya akan tinggi juga masuk rumah sakit dan kita lihat kesembuhannya tinggi untuk Omicron berbeda dengan Delta, kami mengimbau bapak-ibu kalau OTG (Orang Tanpa Gejala) tidak usah dirawat di rumah sakit, di rumah saja," pungkas Menkes Budi.
(fds/up)











































