Kapan persisnya lonjakan COVID-19 resmi disebut gelombang 3, memang masih simpang siur. Sebagian kalangan meyakini sudah terjadi, sebagian lainnya menyebut perlu wait and see.
Pada Kamis (3/1/2022), lonjakan COVID-19 kembali terjadi dengan 27.197 kasus baru dan 21.166 kasus aktif. Keterisian rawat inap RSDC Wisma Atlet telah menembus angka 5 ribu, tepatnya 5.174 pasien.
Menjawab apakah hal ini menandakan bahwa gelombang 3 sudah dimulai, Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono mengingatkan perlunya pemahaman yang lengkap. Namun ia tidak melarang jika lonjakan kali ini disebut sebagai isyarat gelombang 3 telah dimulai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Boleh saja kita mengklaim sudah gelombang ketiga, itu lebih baik sebagai kehati-hatian kita untuk melakukan protokol kesehatan lebih baik di masyarakat," katanya saat ditemui pada Kamis, (3/1/2022).
Yang pasti, dr Dante mengingatkan bahwa puncak gelombang 3 bakal lebih tinggi dibanding lonjakan yang terjadi ketika Indonesia diamuk varian Delta. Ia memperkirakan, jumlah kasus harian bisa tembus 150 ribu.
"Kalau kemarin sampai 57 ribu kasus per hari, mungkin ini sekarang sekitar 100-150 lebih kasus per hari tapi itu tergantung dari protokol kesehatan masyarakat," paparnya.
"Kita berharap tak setinggi itu," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Alexander Ginting melihat pola kenaikan kasus yang terjadi saat ini berbeda dengan lonjakan yang terjadi saat varian Delta. Karenanya, tidak bisa serta merta disimpulkan gelombang 3 sudah dimulai.
"Secara statistik sudah terjadi kenaikan kasus positif harian, kasus aktif dan bed occupancy rate (BOR) rumah sakit. Hanya kasus kematian meningkat tapi minimal dan ini terjadi di 6 provinsi dengan magnitude yang berbeda beda," beber Alex saat dikonfirmasi detikcom Kamis (3/2/2022).
Menurut Alex, butuh waktu sekitar 7-14 hari ke depan untuk bisa menyimpulkan apakah gelombang 3 sudah dimulai. Kenaikan eksponensial seperti pada 15 Juli dan 24 Juli tahun lalu, belum teramati pada saat ini.
"Belum sampai (gelombang ketiga). Mortaliti rendah sekali, penularan tinggi, morbiditas dan mortalitas belum seperti puncak sebelumnya," tutur dia.
Terpisah, juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyoroti lonjakan kasus yang saat ini lebih didominasi oleh 3 provinsi. Ketiganya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
"Kenaikan kasus di Indonesia dari 34 provinsi dikontribusikan paling tinggi oleh 3 provinsi pada kelompok pertama yaitu DKI, Jawa Barat, Banten, dan kelompok kedua yaitu 3 provinsi Jateng, Jatim, Bali. Provinsi lainnya relatif rendah," jelas Wiku.
(up/up)











































