Adanya peningkatan kasus COVID-19 varian Omicron memaksa seorang dokter asal Amerika Serikat (AS) untuk mengambil keputusan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya selama pandemi COVID-19.
Banyak pasien COVID menanti di ruang tunggu. Namun jumlah dokter, perawat, bahkan tempat tidur tidaklah sebanding dengan ledakan kasus yang terjadi di negara itu.
"Muncul pikiran, apa yang akan terjadi dengan pasien yang sudah menunggu di rumah sakit dan bagaimana kami akan menangani mereka, bagaimana kami bisa memenuhi kebutuhan pasien kami?" ujar dr Morgan Eutermoser.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DIkutip dari laman BBC, belakangan ini, setiap kali dr Morgan menuju unit gawat darurat di rumah sakit Denver Health tempatnya bekerja, ia dihadapkan dengan setidaknya 60 pasien di ruang tunggu.
Sebelumnya, selama pandemi, jumlah pasiennya hanyalah sekitar 10.
"Kami sedang berusaha mencari cara untuk bisa menangani pasien tanpa harus merawatnya. Tentunya saat ini kami sudah mencapai kapasitas maksimal," kata dr Morgan.
Rumah sakit di AS hampir tak mampu menghadapi Omicron
Sementara itu di Boston, dokter UGD di rumah sakit Brigham and Women's, dr Jeremy Faust mengatakan kondisi yang menyulitkan ini memaksanya untuk mengirim pasien untuk pulang lebih awal dari yang seharusnya.
"Kalau rumah sakit sedang dalam kondisi yang sangat, sangat penuh, kami terpaksa harus memulangkan pasien meski merasa tidak enak," katanya.
"Kami hanya akan merawat pasien yang terlihat sangat, sangat sakit."
Di Amerika Serikat, jumlah pasien yang dirawat karena COVID-19 mulai menurun apalagi sejak kasus Omicron mencapai puncak.
Namun masih ada 150.000 pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh AS setiap harinya, lebih banyak dari periode manapun selama pandemi.
Menurut temuan dr Jeremy, kondisi rumah sakit di beberapa wilayah AS lebih buruk dari yang lainnya, terutama yang tingkat vaksinasi warganya rendah.
(ayd/kna)











































