Baru-baru ini, muncul sejumlah laporan di media sosial, warga menerima hasil tes COVID-19 yang salah. Selain hasil dari satu laboratorium berbeda dengan laboratorium lain dalam waktu berdekatan, ada juga yang mengalami perubahan status di PeduliLindungi menjadi warna hitam padahal tak habis melakukan tes COVID-19.
Menurut ahli patologi klinik Universitas Sebelas Maret dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD, FISQua, salah satu prinsip baku kerja laboratorium klinik kesehatan adalah double-check. Setiap data yang dicatat, harus diperiksa ulang sebelum dipastikan sudah terisi dan dilaporkan ke pelanggan.
"Misalnya saat menuliskan identitas pasien di meja pendaftaran, mencetak barcode atau label nama, memastikan lagi nama pasien saat pengambilan sampel, menunjukkan wadah sampel ke pasien untuk memastikan akurasi identifikasi, kemudian saat input hasil, sampai penyerahan hasil," jelasnya pada detikcom, Selasa (15/2/2022) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Double check juga berlaku pada proses verifikasi hasil. Petugas lab yang melakukan pemeriksaan, melakukan check pertama terhadap hasil. Setelah itu sebelum dinyatakan 'release results', ada orang lain lagi yang melakukan check terhadap input hasil tersebut. Setelah dua orang, baru dinyatakan bisa dirilis hasilnya," imbuhnya.
Dalam kesempatan lainnya, Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, Dr dr Lia Gardenia Partakusuma, SpPK(K), MM, MARS, FAMM, menjelaskan hal senada terkait double-check pemeriksaan COVID-19 di laboratorium.
Ia menggambarkan, memasukan report data pelanggan tes COVID-19 untuk New All Record (NAR) secara manual memang tidak mudah. Walhasil, risiko 'human error' tak bisa dihindari. Terlebih, kini jumlah pelanggan meningkat seiring lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.
"Laboratorium sampai jam 1-2 malam itu pekerjaan paling berat adalah memasukan report data karena data tadi masih manual, Jadi bukan dari alat, (hasilnya) langsung keluar," ujar dr Lia dalam konferensi pers virtual yang digelar Prodia, Rabu (16/2).
"Bukan hanya hasil, harus masukan NIK-nya, identitas atau ID dari pasien juga dimasukkan. Kita buka ada komunikasi khusus di Jakarta, laboratorium sama dinas kesehatan sama yang NAR lalu PeduliLindungi itu hampir chatting begitu hampir 24 jam," imbuhnya.
Risiko 'human error' memang sulit dihindari di tengah lonjakan COVID-19 RI kini. Namun, masyarakat bisa selektif soal laboratorium yang akan diandalkan untuk pemeriksaan COVID-19. Bukan hanya perihal berapa lama hasil tes dapat keluar, simak penjelasan dokter di halaman selanjutnya.
Dari sisi masyarakat sebagai pelanggan laboratorium, dr Tonang menganjurkan masyarakat untuk ikut mengingatkan petugas pendaftaran terkait pelaksanaan double check. Jika masyarakat merasa proses double-check tersebut tak berjalan dengan baik, masyarakat bisa mencari laboratorium lain yang lebih terlihat menerapkan proses double check.
"Bagi masyarakat, ada baiknya membantu proses tersebut dengan meminta petugas pendaftaran melakukan double check. Juga saat menjalani pengambilan sampel. Bila merasa proses double check itu tidak berjalan, sebaiknya masyarakat justru mendorong lab menjalankannya, atau sekalian mencari lab lain yang lebih terlihat proses double check-nya," terang dr Tonang.
Sejalan dengan dr Tonang, dr Lia menjelaskan laboratorium pemeriksaan COVID-19 harus memiliki legalitas. Walhasil, masyarakat jangan sampai terkecoh melihat beragam penawaran yang kini marak terpampang di spanduk-spanduk pinggir jalan.
Laboratorium juga harus memiliki struktur organisasi yang jelas, serta sarana prasarana dan sumber daya manusia memadai sesuai layanan yang ditawarkan.
"Bagaimana caranya itu betul positif atau negatif, itu harus ada dokumen. Kemudian, pelayanan teknis. Kalau PCR, alatnya harus dikalibrasi. Pengerjaan lain semua harus terkalibrasi dengan baik," beber dr Lia.
"Ini harus ada klarifikasi. Kalau hasil negatif atau positif, ada yang mengklarifikasi. Diperiksa analis, mungkin ada spesialis patologi klinik memastikan oke itu betul, karena bisa jadi human error, kurang tepat," pungkasnya.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































