Indonesia dan sejumlah negara lain kembali menghadapi lonjakan kasus COVID-19, dengan merebaknya varian Omicron pada gelombang kali ini. Mengingat gejala varian Omicron relatif lebih ringan dibanding varian-varian Corona pada gelombang sebelumnya, seberapa besar potensi Omicron menjadi varian Corona terakhir?
"Apakah varian terakhir? Kita tidak pernah tahu. Ingat bahwa mutasi adalah hal alami virus sehingga kemungkinan bermutasi itu sangat mungkin terjadi," ujar juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers virtual terkait update perkembangan COVID-19 Indonesia, Selasa (22/2/2022).
"Tapi apakah mutasi berdampak pada manusia sehingga menambah tingkat keparahan? Ini yang kita belum tahu," imbuhnya.
Bisakah kemunculan varian baru dicegah?
Menurut dr Nadia, pada dasarnya mutasi virus tidak selalu berimbas buruk. Mengingat mutasi adalah hal yang alamiah terjadi pada virus, terdapat kemungkinan, kelak virus Corona bermutasi menjadi lebih lemah.
Meski begitu, langkah menekan jumlah kasus positif COVID-19 bisa menjadi upaya untuk menekan risiko mutasi virus Corona.
"Mutasi itu tidak selalu berakibat fatal kepada manusia tapi bisa juga menyebabkan virus melemah atau virus tersebut tidak berdampak sama sekali. Kita lihat terus perkembangannya," beber dr Nadia.
"Yang menjadi penting adalah bagaimana kita memastikan kita menekan laju penularan ini serendah-rendah mungkin kasus positif. Karena kita tahu semakin sedikit orang terinfeksi, sakit, ataupun tertular, semakin kecil kemungkinan terjadinya mutasi," pungkasnya.
Simak Video "Situasi RS China di Tengah Tsunami Covid-19 yang Kembali Terjadi"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)