Apa Sih Perbedaan COVID-19 dan Omicron? Ini Gejala hingga Tingkat Keparahannya

Apa Sih Perbedaan COVID-19 dan Omicron? Ini Gejala hingga Tingkat Keparahannya

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Rabu, 23 Feb 2022 17:33 WIB
Apa Sih Perbedaan COVID-19 dan Omicron? Ini Gejala hingga Tingkat Keparahannya
Perbedaan COVID-19 dan Omicron (Foto: Getty Images/iStockphoto/Teka77)
Jakarta -

Perbedaan COVID-19 dan Omicron seperti apa sih? Mengingat pertanyaan ini kerap kali dicari oleh masyarakat. Juga varian Omicron diketahui lagi 'ngegas' sehingga membuat lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia belakangan ini.

Adapun gejala COVID-19 varian Omicron diklaim lebih ringan daripada varian lainnya, seperti Delta. Lantas, apa sebenarnya perbedaan COVID-19 dan Omicron? Simak informasi berikut.

Perbedaan COVID-19 dan Omicron

Sebagai informasi, perlu dipahami dulu bahwa Omicron merupakan salah satu varian terbaru dari SARS-CoV-2 atau virus Corona penyebab COVID-19. Apabila berbicara tentang perbedaan COVID-19 dan Omicron, artinya bicara perbedaan Omicron dengan varian COVID-19 lainnya, seperti Delta, Gamma, hingga Beta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui ada sejumlah perbedaan COVID-19 dan Omicron yang perlu diketahui masyarakat. Dikutip dari berbagai sumber, Rabu (23/2/2022), berikut informasinya:

1. Omicron lebih menular daripada varian lainnya

Seorang epidemiolog, Laura Navika Yamani, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), mengungkapkan bahwa varian Omicron menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di Afrika Selatan sebanyak 2 hingga 3 kali lipat dalam kurun waktu satu minggu.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa varian Omicron lebih menular 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan varian COVID-19 lainnya, seperti Delta.

"Virus COVID-19 varian delta daya tularnya tujuh kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, sedangkan Omicron lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya varian Omicron ini," kata Laura, dikutip dari laman resmi Universitas Airlangga.

2. Tingkat keparahan lebih rendah

Perbedaan COVID-19 dan Omicron dapat juga dilihat dari tingkat keparahan gejala. Menurut Laura, varian Omicron memicu tingkat keparahan yang lebih rendah daripada

Meskipun demikian, Laura juga mengungkapkan bahwa varian Omicron memiliki daya tular yang tinggi sehingga banyak orang yang berisiko terinfeksi Omicron.

"Apabila tidak dibendung maka kasusnya akan semakin banyak dan mungkin bisa menyebabkan fasilitas kesehatan overload. Ketika fasilitas kesehatan penuh, maka penanganan pasien bisa terlambat sehingga keparahan penyakit pasien meningkat atau bahkan bisa menyebabkan kematian," ucap Laura.

3. Deteksi varian Omicron gunakan PCR-SGTF

Selain tingkat keparahan, perbedaan COVID-19 dan Omicron juga bisa dilihat dari tes COVID-19. Menurut Laura, sebelumnya seseorang bisa mengetahui tertular COVID-19 varian yang mana menggunakan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).

Sedangkan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi Omicron atau tidak, harus menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan S Gene Target Failure (SGTF).

"Jadi memang pemerintah telah menyiapkan metode tes terbaru yakni menggunakan PCR-SGTF agar deteksi kasus COVID-19 varian Omicron bisa dilaksanakan dengan cepat," tuturnya.

4. Omicron jarang memicu gejala anosmia dan sesak napas

Perbedaan COVID-19 dan Omicron berikutnya adalah gejala anosmia dan sesak napas. Menurut dokter spesialis paru, gejala anosmia jarang sekali dialami oleh pasien Omicron.

Pasalnya, anosmia merupakan gejala khas dari COVID-19 varian Delta. Sedangkan Omicron lebih sering menyerang saluran pernapasan atas daripada pernapasan bagian bawah.

"Gejala sesak, anosmia, atau menurunnya indera membau dan mengecap. Itu yang nge khas pada delta dan ini jarang kita temukan pada pasien Omicron," dokter spesialis paru senior dari RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), dalam siaran langsung Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Selasa (22/2/2022).

"Omicron ini lebih banyak berkembang biak di saluran pernapasan atas, sedikit sekali dia berkembang biak di jaringan paru atau saluran pernapasan bawah. Itu mengapa pada kasus-kasus Omicron, jarang sekali kita temukan orang dengan sesak napas. Tapi bukan berarti tidak ada, tapi ada ya (jarang)," lanjutnya.

Meskipun demikian, perbedaan ini tak bisa menjadi acuan apakah seseorang terkena varian Omicron atau tidak. Dianjurkan untuk melakukan tes COVID-19 terlebih dahulu apabila ingin mengetahuinya.




(suc/up)

Berita Terkait