Gejala COVID-19 Omicron relatif lebih ringan ketimbang varian terdahulunya, termasuk COVID-19 Delta. Banyak yang bertanya-tanya, apakah hal ini disebabkan COVID-19 bermutasi menjadi lebih 'jinak' atau karena mayoritas masyarakat sudah divaksinasi COVID-19.
Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Prof Amin Soebandrio mengungkap beberapa alasan di balik gejala Omicron lebih ringan. Salah satunya dampak mutasi.
Menurut Prof Amin, Omicron memiliki setidaknya 50 mutasi, 30 di antaranya berada di protein S atau spike, spike berfungsi menempel pada reseptor ACE 2 di sel manusia, sehingga memudahkan virus masuk ke dalam tubuh lebih cepat.
Banyaknya mutasi di protein S rupanya tak hanya membuat Omicron lebih mudah menginfeksi seseorang. Seseorang yang membawa virus juga menjadi lebih mudah menularkannya ke beberapa orang, kerap diartikan dengan angka reproduksi. Beberapa peneliti meyakini angkanya berada di 3 atau 4, bahkan lebih dari itu.
"Nah kita lihat dengan Omicron ini kita tidak bisa bilang dia lebih ganas atau kurang ganas, tetapi dia punya mutasi yang begitu banyak jadi ada banyak perubahan dibandingkan virus sebelumnya yang mutasi cuma satu dua saja," terang Prof Amin dalam agenda daring DBS Asian Insight Conference 2022, Kamis (24/2/2022).
"Tetapi dengan adanya mutasi-mutasi itu juga, ternyata si Omicron ini tidak menyebabkan morbiditas, artinya kesakitan yang tinggi, gejala klinis yang berat, itu juga satu disadvantage si virus, tapi buat kita menguntungkan," beber Prof Amin sembari menggambarkan sekitar 80-90 persen yang terinfeksi umumnya bergejala ringan bahkan tanpa gejala.
Bagaimana dengan vaksin COVID-19?
Vaksin COVID-19 ditegaskan Prof Amin tetap punya peran dalam menghindari seseorang berisiko fatal saat terpapar. Dalam riset antibodi COVID-19 yang dilakukan Kemenkes dengan tim FKM UI dan Eijkman, ditemukan kelompok COVID-19 bergejala ringan atau tanpa gejala yang belum divaksinasi memang memiliki antibodi, tetapi lebih rendah ketimbang yang sudah divaksinasi.
"Populasi di Indonesia yang belum pernah terdiagnosis COVID-19 dan juga belum divaksinasi itu, lebih dari 70 persen sudah punya antibodi," terang Prof Amin.
Artinya, banyak masyarakat yang sudah pernah terpapar COVID-19, tanpa sadar karena tak melakukan tes Corona.
"Dan mereka yang pernah sakit dan punya antibodi pasca vaksinasi, ada 90 persen, jadi kita melihat kekebalan sudah ada. Kita berharap bahwa kalau kekebalannya tinggi tidak akan berisiko," lanjutnya, dengan kembali memberi catatan beberapa orang yang belum divaksinasi atau belum punya komorbid, itu kekebalannya lebih rendah.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(naf/up)