Seiring lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia akibat merebaknya varian Omicron, muncul laporan terkait subvarian, seperti 'Omicron siluman' BA.2 dan BA.3. Bahkan, misalnya BA.2, diyakini menular lebih cepat dibanding Omicron BA.1 yang lebih dulu merebak.
Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut, varian virus Corona dapat memicu penurunan efektivitas vaksin COVID-19. Ditambah, dibutuhkan waktu lama untuk vaksin COVID-19 yang sudah tersedia kini bisa dikembangkan dan efektif melawan varian Corona baru.
"Saat ini sudah beredar berbagai varian COVID yang berdampak pada menurunnya efektivitas vaksin. Turunnya efektivitas vaksin tentunya juga berdampak pada kekebalan komunitas yang terbentuk. Di sisi lain, pengembangan vaksin membutuhkan waktu dan tidak dapat menyusul kecepatan munculnya varian baru," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/3/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk itu, jaminan kekebalan komunitas yang terbaik dapat dicapai dengan melakukan vaksinasi semaksimal mungkin penduduk Indonesia. Bahkan hingga lebih dari 70 persen populasi jika memang memungkinkan," imbuh Prof Wiku.
Namun bercermin pada kondisi vaksinasi COVID-19 di Indonesia kini, Prof Wiku menyebut, terjadi penurunan laju vaksinasi dan terpantau belum kembali meningkat sepanjang Maret 2022.
"Padahal berdasarkan data vaksin pemerintah yang diolah dari laman Our World In Data per 6 Maret 2022, jumlah penduduk yang telah divaksin dosis lengkap baru 53,5 persen. Sementara penduduk yang sudah divaksin dosis 1 sudah 69,48 persen atau hampir mencapai 70 persen populasi," pungkasnya.
(vyp/fds)











































