Sejak pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan di Afrika Selatan, Omicron telah mencapai sebagian besar negara karena kemampuannya yang luar biasa untuk menghindari pertahanan kekebalan.
Gejala varian Omicron ini yang paling luas dikatakan cocok dengan gejala flu biasa. Menurut aplikasi Zoe Covid, gejalanya meliputi pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin dan sakit tenggorokan.
Sebagian gejala COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi omicron bisa diamati pada kulit. Seperti area jari kaki tampak berwarna merah atau ungu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, COVID-19 akan menyebabkan kulit menjadi kering dan juga gatal. Tak Tanya itu, gejala bisa raja terjadi bentol-bentol dan ruam tanpa adanya paparan alergi sebelumnya.
Sebuah studi dari Inggris yang dipublikasikan oleh ZOE Covid Symptom Study App, mengungkap ada tiga tanda-tanda seseorang terpapar Omicron yang gejalanya terlihat dari kulit, yakni:
- Kulit gatal
- Ruam mirip biang keringat yang muncul di seluruh tubuh. Tetapi lebih sering terjadi pada siku, punggung tangan, dan kaki.
- Ruam di kulit yang berwarna ungu atau merah dan menonjol di kulit, serta terasa sakit.
Para ilmuwan Jepang telah menemukan fakta bahwa varian Omicron ini dapat bertahan lebih lama daripada jenis virus sebelumnya pada kulit manusia.
Mereka menyimpulkan bahwa "stabilitas lingkungan" Omicron yang tinggi dapat tetap menular, dan bisa dikatatakan lebih cepat menularnya daripada varian Delta.
"Studi kami menunjukkan bahwa pada permukaan kulit, varian Alpha, Beta, Delta, dan Omicron menunjukkan waktu bertahan hidup lebih dari dua kali lipat lebih lama daripada strain Wuhan dan mempertahankan infektivitas selama lebih dari 16 jam pada permukaan kulit," Ujar Tim Peneliti dari Universitas Kedokteran Profektur Kyoto.
Omicron bertahan selama lebih dari 21 jam di kulit
Pada sampel kulit dari mayat, waktu bertahan virus rata-rata adalah 8,6 jam untuk versi aslinya, 19,6 jam untuk Alpha, 19,1 jam untuk Beta, 11 jam Gamma, 16,8 jam untuk Delta dan 21,1 jam untuk Omicron.
"Studi ini menunjukkan bahwa varian Omicron juga memiliki stabilitas lingkungan tertinggi di antara VOC (varian yang menjadi perhatian) yang menunjukkan bahwa stabilitas tinggi ini mungkin juga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan varian Omicron menggantikan varian Delta dan menyebar dengan cepat," Ujar Tim peneliti yang dikutip dari Euronews.
Meskipun varian Omicron ini lebih tahan terhadap etanol daripada strain asli COVID-19, varian Omicron ini tidak benar-benar aktif pada kulit bila memakai pembersih tangan berbasis alkohol setelah 15 detik.
Oleh karena itu, WHO sangat menyarankan agar praktik pengendalian infeksi (kebersihan tangan) saat ini menggunakan disinfektan.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)











































