Subvarian Omicron BA.2 belakangan menjadi sorotan. Selain menjadi pemicu lonjakan kasus di banyak negara, varian yang lebih dikenal dengan 'Son of Omicron' ini memiliki mutasi yang menyebabkan infeksi sulit dideteksi oleh PCR.
Di Indonesia, subvarian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di 19 provinsi. Provinsi tersebut antara lain Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau.
Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan subvarian Omicron BA.2 memiliki tingkat penularan yang tinggi tetapi vaksinasi COVID-19 masih sangat membantu dalam melindungi diri dari virus tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini (Omicron BA.2) bisa mempengaruhi efikasi vaksin, tapi bagi orang yang sudah divaksinasi, efektivitas vaksinnya tetap bisa bekerja pada varian BA.2," ungkap dr Nadia dalam konferensi pers virtual, Kamis (17/3/2022).
Lebih lanjut dr Nadia mengingatkan Omicron BA.2 replikasi BA.2 juga lebih cepat dibanding BA.1 pada sel epitel manusia sehingga berpotensi lebih menular. Tetapi untuk rawat inap dan tingkat keparahan tidak berbeda jauh dengan BA.1.
"Tingkat penularannya jauh lebih tinggi dari BA.1, doubling time-nya itu 3-5 kali dari BA.1. Untuk tingkat keparahan dan rawat inap sama seperti BA.1, hanya 15 sampai 20 persen dari kasus tapi ini tetap menjadi perhatian," tambah dr Nadia.
Sedangkan untuk diagnosis, gen S tidak dapat terdeteksi atau SGTF (S Gene Target Failure) pada tes PCR. Namun, seseorang yang terinfeksi Omicron BA.2 bisa terdeteksi menggunakan SNP (Single Nucleotide Polymorphism).
"SNP digunakan untuk mendeteksi kemungkinan jenis Omicron-nya," terang dr Nadia.
(any/naf)











































