Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengkonfirmasi adanya varian baru COVID-19 yang dinamai Deltacron. Varian ini merupakan gabungan dari Delta dan Omicron yang sudah ditemukan di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
"Kami belum melihat perubahan apapun dalam epidemiologi, perubahan tingkat keparahan, tetapi beberapa studi tengah dilakukan," tutur Pimpinan Teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhove.
Apa Itu Varian Deltacron yang Disebut Virus Rekombinan?
Varian Deltacron dapat dikatakan virus rekombinan lantaran terbentuk dari setidaknya dua virus lain. Ketika seorang individu terinfeksi dua jenis virus atau lebih, maka ada kemungkinan virus-virus tersebut mengalami percampuran genetik dan menghasilkan virus baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Virus rekombinan memiliki bagian dari dua atau lebih virus yakni bagian dari materi genetiknya sebagai akibat dari infeksi dua atau lebih strain virus," jelas Amesh A. Adalja, pakar virus dari John Hopkins Center for Health Security, dikutip dari Health.com.
Tak hanya COVID-19, fenomena ini juga terjadi pada influenza yang diyakini mengalami rekombinasi sepanjang waktu.
Kapan Varian Deltacron Ditemukan?
Deltacron pertama kali diidentifikasi pada bulan Januari lalu. Varian ini awalnya ditemukan oleh pakar virus dari Cyprus Leondios Konstrikis yang meyakini sebagai kombinasi antara varian Delta dan Omicron. Ia juga melabeli kombinasi varian Delta dan Omicron sebagai Deltacron.
Saat itu Konstrikis dan timnya menemukan 25 kasus Deltacron yang paling banyak diidap oleh pasien di rumah sakit dengan gejala sedang.
Namun pada awal-awal penemuan, publik menganggapnya sebagai kesalahan dan disangka hanya kontaminasi di laboratorium.
Seperti Apa Gejala Varian Deltacron?
Juru bicara Satgas COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro, menjelaskan bahwa gejala yang ditimbulkan tak ada perbedaan dengan varian COVID-19 lainnya alias sama.
"Jadi gejalanya sama-sama seperti SARS-CoV-2. Gejalanya sama-sama menyerang tubuh kita," bebernya dalam diskusi daring, Senin (14/3/2022).
Adapun gejala Deltacron menurut dr Reisa, seperti:
- Batuk
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Demam
Apakah Varian Deltacron Lebih Berbahaya?
Dikutip dari laman NBC News, para ahli mengungkapkan terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti apakah Deltacron mempengaruhi manusia secara berbeda dari varian delta atau varian omicron.
Namun, bukan berarti varian Deltacron tidak berbahaya pada manusia. Pasalnya, varian ini merupakan gabungan dari dua varian yang berbahaya dan menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di dunia.
"Bukan berarti itu tidak berbahaya, karena omicron berbahaya. Tetapi dugaan kuat saya adalah bahwa itu akan mirip dengan apa yang kita lihat dengan omicron," ujar Jeremy Kamil, profesor mikrobiologi dan imunologi di Louisiana State University Health Shreveport
Varian Deltacron Sudah Ada di Indonesia?
Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan hingga saat ini belum ada laporan kasus Deltacron di Indonesia.
"Kalau dari data yang ada sampai saat ini belum dilaporkan," kata dr Nadia dalam diskusi online Sabtu (12/3/2022).
"Ini akan menjadi kewaspadaan karena kita tahu varian baru memang akan berpotensi untuk terjadinya peningkatan kasus," lanjutnya.
(suc/fds)











































