Pro-Kontra: Boleh Bukber Tapi Nggak Sambil Ngobrol, Bakal Efektif?

ADVERTISEMENT

Pro-Kontra: Boleh Bukber Tapi Nggak Sambil Ngobrol, Bakal Efektif?

Rosiana Putri Muliandari - detikHealth
Rabu, 30 Mar 2022 08:11 WIB
Geliat Restoran Mall di Jakarta Sambut PPKM Level 1
Satgas COVID-19 menyarankan untuk tidak ngobrol saat bukber (Ilustrasi: Pradita Utama)
Jakarta -

Ramadan 2022 bakal dilalui dengan suasana yang berbeda. Setelah dua tahun pandemi ini banyak aturan yang membatasi, tahun ini sudah banyak pelonggaran. Termasuk untuk melakukan buka bersama alias bukber.

Meski begitu, juru bicara satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut protokol kesehatan harus tetap diterapkan. Salah satunya dengan tidak saling berbicara saat makan.

"Kalau buka puasa bersama sebaiknya dijaga jarak yang cukup dan tidak usah berbicara pada saat makan. Jangan lupa cuci tangan sebelum makan supaya kita betul-betul bersih dan sehat," kata Prof Wiku dalam Forum Merdeka Barat 9.

Apakah anjuran untuk tidak ngobrol saat bukber bakal efektif? Ghiyats (21), seorang mahasiswa asal Jakarta menyebut bukber tidak mungkin dilakukan tanpa ngobrol.

"Menurut gue nggak mungkin, soalnya kan bukber itu biasanya, kayak bisa dijadiin ajang reunian satu tahun sekali terus jadi silaturahmi keluarga juga gitu. Jadi, nggak mungkin nggak ngobrol," katanya, Selasa (29/3/2022).

Senada dengan Ghiyats, Rhida (22), mahasiswa asal Majalengka, juga mengatakan bahwa ia speechless saat mendengar anjuran tersebut. Ia menjelaskan bahwa tidak mungkin tidak mengobrol saat bukber dan pesimistis mengenai anjuran ini akan dipatuhi.

"Bukber mah bisa di mana aja (selain di restoran) dan gampang buat kita luput dari aturan itu, Mubazir aja aturan itu tuh," lanjut Rhida.

Prima (50), seorang pegawai swasta, juga pesimistis dengan anjuran ini. Ia berpendapat bahwa bukber juga sebuah acara untuk reuni dengan teman atau rekan yang tidak lama bertemu karena pandemi.

"Bagaimana bisa kita menahan diri untuk bertukar cerita di sesi makan bersama?" ujarnya.

Juga sependapat dengan warga sebelumnya, Joy (23), seorang mahasiswa S2, juga pesimis dan berpendapat bahwa "esensi" bukber tidak didapatkan tanpa saling mengobrol dan bertukar cerita.

Namun, ia memberikan saran kepada yang ingin menyelenggarakan bukber untuk memiliki sebuah kesadaran tersendiri dan lebih baik untuk mengatur kapasitas restorannya.

"Yang urgent untuk diatur adalah tingkat mobilitas masyarakat saat bukber. Keren juga kalo public space (taman, dll) dibuka sampai malam, jadi bisa bukbernya di ruang terbuka dan taman cenderung luas. Intinya, perluasan opsi bukber," katanya.

Bagaimana dengan detikers? Apakah setuju dengan anjuran untuk tidak ngobrol saat bukber? Yuk, tuliskan pendapat di kolom komentar.



Simak Video "Imbauan Ahli Terkait Buka Bersama saat Ramadan"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT