.webp)
Per hari ini, Malaysia membuka kembali perbatasannya sebagai upaya transisi dari pandemi menjadi fase endemi COVID-19. Mengingat, sudah lebih dari dua tahun terhitung sejak Maret 2020, Malaysia menutup perbatasannya sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19.
Muncul optimisme bahwa pembukaan perbatasan tersebut bakal membantu meningkatkan ekonomi dan menggerakan masyarakat kembali ke kondisi normal dari aspek wisatawan, pekerja asing, hingga investor. Akan tetapi, tak semua orang setuju dengan pembukaan perbatasan tersebut lantaran kasus COVID-19 dinilai masih tinggi dengan kasus harian masih mencapai ribuan, serta kematian masih berjumlah dua digit.
Dikutip dari MalayMail, muncul laporan di media sosial bahwa ada banyak orang mengaku tidak memindai status MySejahtera dengan benar saat memasuki ruangan tertutup. Pasalnya, tak ada yang melakukan pengecekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah Turis Medis Bakal Naik
Selain wisatawan, jumlah pengunjung Malaysia untuk kepentingan medis atau pengobatan juga diperkirakan akan meningkat. Pasalnya, Malaysia adalah pusat pariwisata medis lantaran memiliki sejumlah layanan kesehatan medis swasta yang baik.
Menurut Presiden Asosiasi Rumah Sakit Swasta Malaysia (APHM), Datuk Dr Kuljit Singh, Dewan Perjalanan Kesehatan Malaysia melaporkan pendapatan RM1 miliar pada 2019. Di samping itu menurutnya, biaya pengobatan di Malaysia relatif lebih hemat dibandingkan di negara lain, sehingga Malaysia sudah sering dikunjungi warga beragam negara untuk berobat.
"Kami pasti akan melihat lonjakan turis medis dan saya yakin sebagian besar akan mulai membuat janji dan pengaturan perjalanan sesegera mungkin karena kami memiliki klien yang cukup besar khususnya dengan rumah sakit swasta di Klang, Penang dan Melaka," katanya, dikutip dari Malaysia, Jumat (1/4/2022).
"Seberapa cepat? Kami tidak yakin, tetapi saya melihat lonjakan dari Indonesia karena banyak yang hanya mengandalkan perawatan obat dan perlu datang untuk meninjau mereka," imbuhnya.
(vyp/vyp)
