Usai banyak negara melonggarkan pembatasan COVID-19, kini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan varian baru rekombinan gabungan Omicron BA.1 dan BA.2.
Adalah varian XE yang disebut menjadi varian paling menular di dunia sejauh ini, lantaran 10 persen lebih tinggi penularannya dibandingkan subvarian Omicron BA.2 atau 'Son of Omicron'.
Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Griffith Australia University, penularan Omicron BA.2 saja sudah empat kali lipat dari COVID-19 varian Delta. Hal inilah yang kemudian menurutnya harus diwaspadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kita tahu Omicron subvarian BA.2 ini menyebabkan situasi perburukan yang serius di China, Taiwan, Hong Kong, dengan juga jumlah kematian yang relatif tinggi terutama pada kelompok masyarakat yang belum divaksinasi booster atau mengalami penurunan imunitas vaksinasi dosis kedua," ungkap Dicky kepada detikcom Senin (4/4/2022).
"Kalau varian XE 10 persen lebih cepat dari BA.2 omicron, ini jauh lebih cepat lagi dibanding waktu delta, karena omicron BA.2 saja itu empat kali lebih cepat dari delta penyebarannya," lanjut dia.
Imbas Euforia
Kemunculan varian XE disebut Dicky tak lepas dari euforia banyak negara ramai-ramai melonggarkan aturan pembatasan COVID-19 hingga protokol kesehatan seperti memakai masker. Dicky bahkan memprediksi varian rekombinan semacam ini bakal terus bermunculan, sehingga masyarakat memungkinkan wajib booster secara berkala.
"Sekali lagi ini membuktikan bahwa di tengah euforia dunia ada pandemi covid-19 ini mengingatkan kita kembali kalau kita tidak boleh abai tidak boleh longgar yang tak terkendali," terang Dicky.
"Kecenderungan ke depan penyakit COVID-19 akan muncul banyak varian rekombinan yang lebih cepat menular dan dominan infeksi di saluran napas atas. Masker penting dan vaksin tetap efektif, meskipun pada kelompok rawan dibutuhkan vaksinasi berkala," pungkas dia.
(naf/up)











































