WHO Ungkap Alasan Vaksin AstraZeneca Ditolak Banyak Negara Miskin

ADVERTISEMENT

WHO Ungkap Alasan Vaksin AstraZeneca Ditolak Banyak Negara Miskin

Firdaus Anwar - detikHealth
Sabtu, 16 Apr 2022 11:00 WIB
YOGYAKARTA, INDONESIA - JANUARY 13: A health worker prepares a dose of the AstraZeneca COVID-19 booster vaccine during the booster vaccination program on January 13, 2022 in Yogyakarta, Indonesia. While Southeast Asias vaccination programs have gathered pace, many countries in the region are yet to hit the high vaccination rates seen in developed nations. The emergence of Omicron in the region is adding to the urgency in countries like Indonesia, which has only fully vaccinated about 42 percent of its population as of last week, according to publicly available vaccination data. Some places in the region, such as Indonesia and Thailand, have rolled out a booster program alongside their primary vaccination programs in an attempt to aggressively bridge the gap. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Jakarta -

Puluhan juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca dilaporkan ditolak oleh negara miskin. Global Alliance for Vaccines and Immunization (Gavi) mengungkapkan sebagian negara lebih memilih vaksin J&J, Moderna, dan Pfizer.

Dalam dokumen terkait program COVAX, hibah sebanyak 35 juta dosis vaksin AstraZeneca ditolak negara-negara karena petunjuk waktu kedaluwarsanya yang singkat hanya 6 bulan. Hal ini menjadi tantangan, terutama di negara yang memiliki keterbatasan infrastruktur sehingga tidak bisa cepat memberikannya pada warga.

"Ada indikasi preferensi umur penyimpanan yang tidak bisa dipenuhi dengan suplai vaksin AstraZeneca," ujar seorang juru bicara untuk Gavi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/4/2022).

Gavi mengaku telah mendorong AstraZeneca untuk mengajukan perpanjangan tanggal kedaluwarsa ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). AstraZeneca belum memberikan tanggapan, namun disebut tengah berusaha bekerja sama dengan regulator dan WHO untuk memperpanjang umur penyimpanan.

Sejak inisiatif bantuan dimulai, AstraZeneca telah menjadi pemasoknya yang paling produktif. Tapi itu berubah dengan cepat. Dari 200 juta dosis dari COVAX yang diberikan kepada 61 negara berpenghasilan rendah selama periode enam bulan yang akan berakhir pada September, hanya sebagian kecil yang akan berasal dari AstraZeneca.

Masa simpan yang pendek membuat banyak negara miskin menolak vaksin AstraZeneca. Banyak negara miskin kekurangan infrastruktur untuk mendistribusikan vaksin dengan cukup cepat untuk menghindari tanggal kedaluwarsa.

WHO sendiri sebelumnya telah memperpanjang anjuran penyimpanan untuk vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh India, Covishield, dari 6 bulan menjadi 9 bulan.

Vaksin AstraZeneca diketahui diproduksi oleh beberapa produsen karena formulanya yang tidak dipatenkan secara penuh.



Simak Video "Dugaan Motif Ilmuwan Penemu Vaksin Covid-19 Dibunuh"
[Gambas:Video 20detik]
(fds/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT