Salah satu yang paling diantisipasi saat mendapat vaksin COVID-19 adalah kemungkinan dihajar KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengalaminya, bukan cuma 1-3 kali melainkan 5 kali!
"Yang paling pertama dulu, yang paling berat waktu di Australia itu, demam dan meriangnya bisa sampai 3 hari waktu Pfizer," tuturnya kepada wartawan.
Dicky memaparkan, dirinya mendapat 3 kali suntikan vaksin COVID-19 jenis Pfizer selama di Indonesia. Dua di antaranya vaksin primer, dan satu booster. Ketiganya full dose, berbeda dengan aturan di Indonesia yang ditetapkan hanya half dose untuk booster.
"Kedua agak mending membaik, ketiga masih ada demam. Nah yang keempat dan kelima ini, ya tetap ada demam tapi cuma semalam," tutur Dicky.
Menurut Dicky, dirinya mendapat 5 kali suntikan vaksin COVID-19 bukan atas kemauan sendiri. Ia terpaksa melakukannya karena terkendala dalam sistem PeduliLindungi yang berlaku saat dirinya kembali ke Indonesia.
Setelah mendapat vaksinasi lengkap di Australia, 2 dosis vaksin primer dan 1 dosis penuh untuk booster, Dicky mengalami masalah karena vaksinasi yang didapatnya tidak bisa masuk dalam pencatatan PeduliLindungi. Akibatnya, status e-HAC (electronic health alert) menghalanginya untuk bepergian.
Agar dapat bepergian, maka ia memutuskan untuk mendapatkan vaksin dosis keempat dan kelima. Ia mendapat vaksin jenis Moderna.
"Artinya dosis keempat untuk saya, tetapi dosis pertama untuk saya selama di Indonesia dalam status PeduliLindungi," jelasnya.
Simak Video "Booster Kedua untuk Lansia Direstui, Bagaimana dengan Masyarakat Umum?"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)