Ibuprofen merupakan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang akibat beberapa kondisi, seperti sakit kepala, sakit gigi, kram haid, nyeri otot, dan radang sendi. Obat ini juga digunakan untuk menurunkan demam yang dialami oleh anak-anak hingga dewasa.
Ibuprofen bekerja dengan menghalangi produksi tubuh dari zat alami tertentu yang menyebabkan peradangan. Selain itu, obat ini juga termasuk dalam kategori obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dan bisa dikonsumsi setelah makan.
Baca juga: Ibuprofen |
Dosis Ibuprofen
Ibuprofen umumnya bisa diberikan dengan empat metode, yaitu melalui intravena, oral (mulut), rektal (melalui anus), dan topikal/cutaneous (pemakaian luar). Namun, pemberian dosis maupun penggunaannya tentu disesuaikan dengan anjuran dokter atau apoteker. Adapun dosis penggunaan intravena dan oral sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demam (Intravena)
Dewasa
- Awalnya diberikan 400 mg. Kemudian, 400 mg setiap 4-6 jam atau 100-200 mg setiap 4 jam, sesuai kebutuhan. Maksimal 3,2 g setiap hari.
Anak
- Usia 6 bulan sampai kurang dari 12 tahun diberikan dosis 10 mg/kg selama 10 menit setiap 4-6 jam, sesuai kebutuhan
- Usia 12 sampai 17 tahun diberikan dosis 400 mg selama 10 menit 4-6 jam. Maksimal 2,4 g setiap hari (Maks 400 mg/dosis).
Nyeri ringan sampai sedang (Intravena)
Dewasa
- Diberikan dosis 400-800 mg setiap 6 jam, sesuai kebutuhan. Maksimal 3,2 g setiap hari.
Anak
- Usia 6 bulan sampai kurang dari 12 tahun diberikan dosis 10 mg/kg selama 10 menit setiap 4-6 jam, sesuai kebutuhan.
- Usia 12 sampai 17 tahun 400 mg selama 10 menit 4-6 jam. Maksimal 2,4 g setiap hari (Maks 400 mg/dosis).
Demam (Oral)
Dewasa
- Diberikan dosis 200-400 mg setiap 4-6 jam. Maksimal 1,2 (OTC) atau 3,2 g setiap hari. Durasi penggunaan maksimal 3 hari (OTC).
Anak
- Usia 6 bulan diberikan dosis 5-10 mg/kg setiap 6-8 jam. Maksimal 40 mg/kg setiap hari (Maks 400 mg/dosis).
Nyeri ringan sampai sedang (Oral)
Dewasa
- Dalam bentuk tablet atau kapsul konvensional diberikan dosis 200-400 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Maksimal 1,2 (OTC) atau 3,2 g setiap hari. Durasi penggunaan obat maksimal 10 hari (OTC).
- Dalam bentuk tablet atau kapsul dengan pelepasan yang dimodifikasi diberikan hingga 1,6 g sekali sehari (malam). Jika diperlukan, dapat ditingkatkan lebih tinggi menjadi 2,4 g setiap hari dalam 2 dosis terbagi.
Anak
- Dalam bentuk tablet atau kapsul konvensional untuk usia 6 bulan diberikan dosis 4-10 mg/kg setiap hari 6-8 jam. Maksimal 400 mg/dosis, 40 mg/kg setiap hari.
- Dalam bentuk tablet atau kapsul dengan pelepasan yang dimodifikasi untuk usia 12 tahun sama seperti dosis dewasa.
Kontraindikasi Obat Ibuprofen
Seseorang yang mengidap sejumlah kondisi, seperti hipersensitivitas (termasuk asma), memiliki riwayat perdarahan gastrointestinal, gagal jantung parah, operasi cangkok bypass arteri koroner, gangguan ginjal atau hati yang parah, serta kehamilan (trimester tiga) tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat ibuprofen.
Efek Samping Ibuprofen
Setiap obat medis biasanya memiliki efek samping, termasuk ibuprofen. Berikut efek samping ibuprofen yang perlu diketahui.
- Sakit perut
- Mual
- Muntah
- Sakit kepala
- Diare
- Sembelit
- Pusing
- Kantuk
Apabila salah satu dari efek samping di atas ini bertahan atau memburuk, segera beritahu dokter untuk mendapatkan penanganan.
Selain itu, obat ini juga dapat meningkatkan tekanan darah. Itu mengapa penting beritahu dokter atau tenaga kesehatan lainnya jika mengidap tekanan darah tinggi untuk menghindari komplikasi.
Interaksi Obat Ibuprofen
Interaksi obat adalah kombinasi obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi kinerja atau meningkatkan efek samping dari salah satu atau kedua obat. Hal ini juga dapat terjadi pada penggunaan ibuprofen. Beberapa golongan obat-obatan tersebut, seperti:
- Peningkatan risiko ulserasi gastrointestinal
- Perforasi atau perdarahan dengan NSAID lain (misalnya aspirin), antiplatelet, antikoagulan (misalnya warfarin), kortikosteroid, SSRI.
- Peningkatan risiko hiperkalemia dan toksisitas ginjal dengan siklosporin maupun tacrolimus.
- Peningkatan kadar dan risiko toksisitas dengan litium, metotreksat.
- Dapat menurunkan efek antihipertensi ACE inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II, hingga efek natriuretik diuretik.
(suc/up)











































