Tes keperawanan kembali menjadi perbincangan hangat warga media sosial. Di samping sejumlah pihak yang menilai tes keperawanan sebagai alat ukur keutuhan selaput dara, praktisi kesehatan menegaskan tes keperawanan adalah hal yang tidak jelas lantaran tidak berbasis ilmiah.
"Ada teori yang bilang bahwa ketika masih dalam kandungan atau sesaat setelah lahir (fungsi hymen) untuk melindungi vagina saat bayi tapi kemudian di masa dewasa tidak diketahui lagi fungsinya apa," beber praktisi kesehatan dr Putri Widi Saraswati dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut dr Putri menegaskan, keutuhan selaput dara tidak bisa menentukan apakah seorang wanita sudah pernah behubungan seksual atau belum. Dalam kata lain, tes keperawanan bukanlah cara yang tepat untuk mengetahui kehidupan seksual wanita.
Hymen Robek Tak Melulu karena Hubungan Seks
Terlebih mengingat, hymen rusak bukan hanya dari hubungan seksual, melainkan juga bisa disebabkan aktivitas lain seperti jatuh atau bersepeda. Jika dilihat dari ranah kesehatan seksual dan reproduksi, tes keperawanan adalah pelanggaran terhadap integritas tubuh.
"Bahkan ada orang yang juga ketika hymennya rusak karena terjatuh atau bersepeda. Ada juga yang sudah berhubungan seksual hymennya tidak robek," tegas dr Putri.
"Tes keperawanan bukanlah sesuatu yang ilmiah karena mengukur sesuatu yang tidak jelas, sangat variatif, dan kemungkinan melakukan kesalahan, kesimpulannya tidak benar," sambungnya.
Simak Video "Populasi Menurun dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Enggan Berkeluarga"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)