Perkembangan kasus cacar monyet di dunia kian meningkat. Hingga saat ini berbagai cara dan kebijakan dilakukan di berbagai negara untuk mencegah penularan cacar monyet makin meluas. Singapura belakangan ikut melaporkan kasus cacar monyet.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Wayan Tunas Artama mengimbau kegiatan pencegahan difokuskan pada fasilitas kesehatan dengan target kasus dan kelompok probabel.
Dilansir dari website resmi UGM, Rabu (8/6/2022), Wayan menekankan pembatasan dan transportasi hewan perlu dipertimbangkan dan diperketat, terutama dari daerah endemik dan negara-negara dengan konfirmasi kasus cacar monyet. Hal ini ia sebut berkaca dari wabah cacar monyet di Amerika Serikat tahun 2003 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cacar monyet merupakan penyakit zoonotik yang menular dari hewan ke manusia saat mengonsumsi atau melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Cacar monyet dapat ditransmisikan melalui berbagai jenis satwa liar dari hewan pengerat seperti tikus dan tupai dan primata yaitu kera dan monyet. Penularan secara kontak langsung juga dapat terjadi antar hewan.
Meski penularan cacar monyet antar manusia cukup tinggi, Wayan meminta masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan.
"Masa inkubasi cacar monyet berkisar 6 hingga 13 hari. Penularan cacar monyet dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernapasan yang secara umum perlu kontak erat yang cukup lama," jelasnya.
Menurut laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) hingga Selasa (7/6), kasus cacar monyet di dunia telah menembus angka 1.000 kasus dan telah terjadi pada 29 negara non-endemik.
(mfn/naf)











































