Duh, WHO Lagi-lagi Bawa Kabar Tak Enak Soal Kondisi COVID-19 Global

Duh, WHO Lagi-lagi Bawa Kabar Tak Enak Soal Kondisi COVID-19 Global

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Jumat, 17 Jun 2022 12:02 WIB
Duh, WHO Lagi-lagi Bawa Kabar Tak Enak Soal Kondisi COVID-19 Global
Foto: AP Photo/ Hau Dinh, File
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya kenaikan kasus kematian COVID-19 setelah lima minggu berturut-turut terus turun. Jumlah kematian yang dilaporkan secara global meningkat 4 persen dari minggu lalu.

WHO mengatakan kasus virus corona terus turun, dengan sekitar 3,2 juta kasus baru dilaporkan pekan lalu, memperpanjang penurunan infeksi COVID-19 sejak puncaknya pada Januari. Namun, ada lonjakan infeksi yang signifikan di beberapa wilayah, dengan Timur Tengah dan Asia Tenggara melaporkan peningkatan masing-masing sebesar 58 persen dan 33 persen.

"Karena banyak negara telah mengurangi pengawasan dan pengujian, kami tahu jumlah ini tidak dilaporkan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus awal pekan ini dikutip dari AP News.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan tidak ada tingkat kematian akibat COVID-19 yang dapat diterima, mengingat komunitas global sekarang memiliki vaksin, obat-obatan, dan diagnostik untuk menghentikan virus Corona.

Menurut WHO, secara global, terjadi peningkatan kasus. Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak kenaikan tersebut imbas subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu menyatakan ada dua penyebab di balik peningkatan kasus tersebut. Selain karena muncul varian baru, pelonggaran prokes juga disebut memicu kenaikan kasus.

"Penyebabnya protokol kesehatan sudah mulai longgar," katanya kepada detikcom Kamis (16/6/2022).

Sejauh ini, pasien COVID-19 yang terpapar Omicron BA.4 maupun BA.5 tercatat mengeluhkan gejala COVID-19 ringan. Hanya ada satu di antaranya yang mengeluhkan gejala sesak napas hingga memerlukan perawatan intensif.




(kna/naf)

Berita Terkait