Prediksi Puncak BA.4-BA.5 Bertepatan Jadwal Sekolah Tatap Muka, Amankah?

Prediksi Puncak BA.4-BA.5 Bertepatan Jadwal Sekolah Tatap Muka, Amankah?

Mochammad Fajar Nur - detikHealth
Senin, 11 Jul 2022 20:30 WIB
Prediksi Puncak BA.4-BA.5 Bertepatan Jadwal Sekolah Tatap Muka, Amankah?
COVID-19 (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta -

Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini didominasi oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang diduga menjadi penyebab naiknya angka kasus harian belakangan ini. Sebelumnya, pakar epidemiologi dan pemerintah memprediksi bahwa pertengahan bulan Juli 2022 ini akan menjadi puncak gelombang kasus COVID-19 di Indonesia.

Sementara itu, jika dilihat dari waktunya, gelombang COVID-19 ini juga akan bersamaan dengan jadwal pertemuan tatap muka (PTM) sekolah yang juga dijadwalkan dimulai pada pertengahan Juli.

Menanggapi hal ini, Juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menyebut prediksi ini belum tentu sepenuhnya sesuai dengan yang diinformasikan. Menurutnya, bisa jadi memang terjadi gelombang puncak namun tidak sampai adanya lonjakkan kasus misalnya sampai puluhan ribu kasus COVID-19 sehari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Betul, minggu kedua dan ketiga Juli ini waktu prediksinya banyak yang bertanya-tanya dan menunggu jawaban saya, jadi ada informasi kenaikan kasus bisa sampai 20 ribuan kasus dan kebetulan sekolah juga masuk kembali. Tetapi gini, itu kan prediksi, kita juga sudah lakukan strategi, contoh ternyata tidak sampai angka segitu di kita itu masih 1200 kasus sehari, bukan prediksi mereka (pakar) salah, tapi kita bersyukur maka pengendalian pandemi kita bagus," ujarnya dalam acara Radio Kesehatan Kemenkes RI, Senin (11/7/2022).

"Jadi kita bersyukur angka kematian kita juga tidak terlalu tinggi hingga saat ini," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Menghadapi prediksi puncak gelombang kasus COVID-19, Syahril menyatakan pemerintah telah mempersiapkan beberapa strategi seperti percepatan vaksinasi dosis booster dan telah menyiapkan tempat isolasi mandiri.

"Kita akan membuat suatu persyaratan dalam perjalanan, kemudian dalam persyaratan pertemuan-pertemuan skala besar, perlu melindungi masyarakat di area publik dengan booster," ujar Syahril.

"Kita telah menyiapkan tempat isolasi mandiri juga contohnya wisma atlet, dan memberi edaran ke rumah sakit untuk menyiapkan tempat tidur untuk pasien COVID-19," sambungnya.

Menurut Syahril booster menjadi kunci penting menekan puncak kasus COVID-19 di Indonesia. Ia menyatakan cakupan vaksinasi booster Indonesia masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Booster kita masih di angka 25 persen, berarti kurang 25 persen lagi untuk sesuai standar WHO yaitu 50 persen, jadi ini butuh percepatan," pungkasnya.




(mfn/up)

Berita Terkait