Varian COVID-19 BA.5, yang masih satu keturunan dengan Omicron, menyebabkan gelombang infeksi baru meluas secara global. Varian ini mulai terdeteksi sejak akhir 2021 dan telah mengakibatkan lonjakan kasus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat kasus BA.5 sudah mendominasi 52 persen secara global. Para ahli kemudian mempelajari mengenai sifat varian ini dan menyimpulkan beberapa hal mengenai penularannya.
Risiko reinfeksi tinggi
Melihat penularannya yang masif, varian ini sangat baik dalam menghindari kekebalan yang diberikan baik dari vaksinasi atau infeksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi banyak orang, ini berarti mereka bisa mengalami reinfeksi.
"Kami memiliki banyak bukti bahwa orang yang telah terinfeksi Omicron, bisa terinfeksi BA.5 lagi. Tidak diragukan lagi," kata Gregory Poland, ahli virus dan peneliti vaksin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Kabar baiknya, tidak terjadi keparahan dan tingkat kematian akibat varian ini cukup rendah.
Ini sebagian besar karena vaksin melindungi terhadap penyakit parah dan kematian. Juga tidak ada bukti bahwa BA.5 lebih berbahaya daripada varian Omicron lainnya.
WHO dan para ahli lainnya sependapat bahwa pandemi ini seperti tak berakhir karena adanya kesenjangan vaksinasi di banyak negara.
"Apa yang pada dasarnya tidak dipahami orang adalah ketika ada penularan komunitas tingkat tinggi, ini akan bermutasi," beber Poland.
(kna/naf)











































